LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Ada yang menarik dan menyenangkan dalam Program Silaturrahim Keluarga Besar Pendidikan Nurul Fikri (Nufi) Sidoarjo, mulai dari Day Care, KB-TK, SD dan SMP yang telah dilaksanakan pada Sabtu (15/3/2025) sore di SD Nufi Kebonagung Sidoarjo.
Dalam silaturrahmi tersebut, telah menghadirkan Narasumber Dr. (Cand) H. Doddy Eka Putra, ST, MM, PCTA untuk memberikan pencerahan kepada Keluarga Besar Nurul Fikri Sidoarjo tentang ‘Bijak Mengelola Harta Bersama Al Qur’an’.
Temasuk juga menghadirkan Kayla Nur Syahwa, seorang remaja putri tuna netra yang menjadi Hafidz Indonesia 2018. Kehadiran Kayla bersama Bundanya untuk memberikan motivasi kepada santri-santri SMP Nurul Fikri Sidoarjo.
Kegiatannya dikemas dalam ‘Quranic Talkshow Bersama Membangun Generasi Qurani Yang Berkah’ diharapkan santri-santri Nurul Fikri agar bisa merasakan bagaimana perjuangannya menghafal Al Qur’an.
Kumandang adzan maghrib dimulai, seluruh Keluarga Besar Nurul Fikri yang di bawah naungan Yayasan At-Thoyyibah Sidoarjo ini, mereka dengan suka cita berbuka bersama menikmati makanan dan minuman tradisional, karya UMKM yang telah dihadirkan pihak Nurul Fikri Sidoarjo.
Direktur Program Nurul Fikri Sidoarjo Muammal Jasin, M.Pd menuturkan, hari ini kami mengundang guru, karyawan dan keluarganya untuk bersilaturrahmi bersama dalam momen ramadan 1446 H yang penuh berkah sekarang ini.
Target kami adalah bagaimana ikatan kekeluargaan ini bisa berjalan dengan baik. “Jadi tidak hanya guru dan karyawan, tetapi dengan kekuarganya, juga keluarga yang lainnya bisa berjalan dengan baik,” tutur Ustad Ammal_sapaan akrabnya.
Ustad Ammal yang juga sebagai Kepala SMP Nurul Fikri Sidoarjo, berharap dengan hadirnya Hafidz Kayla ini bisa memotivasi dan memberikan semangat kepada anak-anak. “Kondisi tuna netra saja bisa menghafal Al Qur’an 30 juz, tentunya kita berharap anak-anak lebih dari itu,” harapnya.
Sementara itu waktu buka bersama, ada yang unik, karena pihaknya telah melibatkan atau mengundang para UMKM makanan dan minuman tradisional.
“Tujuannya dalam berbuka puasa ini adalah kami bisa bersinergi dengan masyarakat sekitar. Sehinga yang disajikan itu yang unik-unik, diantaranya ada kue putu, kue rangen, klepon, sinom dan yang lainnya,” jelasnya.
Selain kami mengingatkan kembali kepada generasi tua, sekaligus memperkenal kepada generasi muda. Karena anak-anak belum mengenal makanan tradisional yang mulai ditinggal oleh GenZ.
“Makanya inilah bentuk kami untuk turut serta melesatarikan karya-karya budaya yang mulai punah,” pungkasnya.
Wahyudi, penjual kue rangen mengaku senang dengan kegiatan seperti ini. Tidak perlu keliling lagi kepasanan dan kehujanan, karena sudah habis diborong okeh Nurul Fikri.
“Alhamdulillah… saya harap pihak-pihak kalau ada kegiatan bisa melakukan seperti ini. Kalau bisa tidak bulan ramadan saja, di luar bukan ramadan juga lebih baik,” harap Wahyudi dengan riangnya.(mad/aba)