LIPUTANINSPIRASI, Surabaya – Jam tangan adalah salah satu barang yang tidak lepas dari aktivitas sehari-hari, karena jam tangan berperan penting untuk menunjukkan waktu. Namun, untuk beberapa kelompok masyarakat, perlu jam tangan khusus agar bisa memudahkan penggunaannya.
Tegar Prasetiyo, mahasiswa program studi (prodi) Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Dinamika (Undika/STIKOM Surabaya), memahami akan hal ini, lalu ia pun membuat sebuah jam tangan tactile berbahan dasar utama limbah kayu yang bisa digunakan penyandang tunanetra.
Mahasiswa yang akrab dipanggil Tegar tersebut menceritakan bahwa ia ingin membantu teman-teman penyandang tuna netra agar bisa mempermudah untuk mengetahui waktu.
“Saya melihat produksi jam tangan tactile ini kurang masif, sehingga saya akhirnya memutuskan untuk membuat jam ini agar bisa memudahkan teman-teman tuna netra untuk menunjukkan waktu,” ujar Tegar melalui rilis humas Undika, Senin (29/1/2024).
Berdasarkan observasi pribadi yang dilakukan Tegar, jam tangan tuna netra begitu besar sehingga butuh effort lebih bagi teman-teman tuna netra untuk menggunakannya. Jam tangan tactile ini sudah dikembangkan di negara lain, namun material yang digunakan tergolong susah untuk dijangkau. Maka dari itu, Tegar menyederhanakan jam tangan tactile dengan teknis yang hampir sama dengan versinya sendiri.
Tegar menjelaskan bahwa ia menggunakan bahan utama limbah kayu kain batik. Kain batik ini digunakan untuk melapisi tali jam tangan, sedangkan resin printer yang dihasilkan oleh limbah kayu digunakan pada body utama jam tangan tactile ini. Ia sebisa mungkin menggunakan bahan daur ulang.
“Saya modifikasi ulang sedemikian rupa agar konsep jam tangan tactile ini bisa diterapkan dalam karya saya.”, ucap mahasiswa angkatan ’23 tersebut.
Jam tangan tactile ini diberi nama ‘Jago Kluruk’. Pemilihan nama ini memiliki filosofi tersendiri, yaitu ayam jago digunakan sebagai penanda waktu karena pada jam tertentu, ayam jago akan berkokok. Biasanya, ayam akan berkokok pada pagi hari sehingga seringkali digunakan sebagai penanda waktu. Dari filosofi ini, maka terbesutlah nama ‘Jago Kluruk’ tersebut.
Tegar bercerita bahwa ia sudah memiliki ide ini sejak di bangku SMA dan baru bisa merealisasikannya sekarang. Ia menghabiskan waktu sekitar enam bulan dalam merancang produk ini. Di waktu itu ia gunakan untuk riset, pengumpulan bahan, dan konsultasi dengan dosen yang membantunya menyelesaikan karyanya, yang bernama Bambang Hariadi.
Di waktu terpisah, Bambang mengungkapkan perasaannya terhadap karya Tegar. “Saya cukup terkesan dengan ide yang dimunculkan oleh Tegar. Ia bisa berpikir out of the box dan peka dengan isu yang seringkali tidak terlihat oleh masyarakat umum.”, ungkap Bambang.
Dilombakan di NASPO
Karya jam tangan tactile berdesain batik ini merupakan salah satu karya inovasi yang dilombakan dalam acara NASPO (National Applied Science Project Olympiad) yang diselenggarakan di Departemen Aktuaria FSAD ITS. Tegar pun berhasil meraih juara dua dan membawa pulang medali perak beserta sertifikat.
Perlombaan tersebut berlangsung pada tanggal 19 – 22 Desember 2023 bertingkat nasional yang diikuti oleh PTN dan PTS seluruh Indonesia. Lomba ini memiliki beberapa tema tiap kategorinya, dan yang Tegar ikuti adalah Research on Children with Special Needs (riset mengenai anak dengan berkebutuhan khusus).
Dalam persiapan lomba ini, tentunya Tegar merasakan beberapa kendala. “Saya merasa kurang percaya diri karena yang mengikuti lomba ini se-Indonesia dengan latar pendidikan yang berbeda-beda.”, kata Tegar sambil tertawa kecil.
Untuk mengatasi kendala tersebut, Tegar termovitasi untuk membuat karya sebaik mungkin yang bisa bersanding dengan karya peserta lainnya. Usaha Tegar pun membuahkan hasil dengan memperoleh juara kedua dalam lomba tersebut.
Saat dikulik lebih dalam, Tegar memiliki ketertarikan dalam memikirkan konsep teknik kerja dari sebuah benda. Ia senang mengamati bagaimana sesuatu bekerja dan memikirkan proses di baliknya.
“Saya juga seringkali membayangkan cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi atau menciptakan inovasi yang lebih baik.”, ungkap mahasiswa yang juga memiliki hobi traveling tersebut.
Atas prestasi dan hasil karyanya, Tegar berharap agar ini dapat memotivasi mahasiswa-mahasiswi Universitas Dinamika untuk berani mengambil tantangan, bisa memunculkan ide yang out of the box, serta bisa menorehkan prestasi-prestasi yang membanggakan. (Hum/Kominfo)