Oleh: Prof. Akh. Muzakki, M.Ag, Grad.Dip.SEA, M.Phil, Ph.D. *
Setiap orang tak mau rugi. Pasti jangan sampai ada kerugian diri. Al-Qur’an menyebut khusr. Psikolog modern men-spill istilah self-loss. Bagaimana kerugian diri itu bisa terjadi? Bagaimana menghindarinya? Personal development harus dilakukan. Self-improvement harus ditunaikan. Agar hidup terjauh dari kerugian.
Nilai kerugian itu bukan saja mengenai domain pribadi. Melainkan juga meliputi kepemimpinan publik. Karena itulah, setiap pemimpin, termasuk di perguruan tinggi, penting untuk menjadikan semangat al-Qur’an dan perspektif keilmuan modern sebagai inspirasi untuk membangun kepemimpinan yang baik.
Kerugian akan menimpa saat seseorang telah berhenti belajar. Defisit nilai diri pun akan membesar. Itu saat seseorang sudah merasa tak butuh melakukan perbaikan diri secara wajar. Kemalangan diri pun akan menyasar. Saat seseorang sudah merasa tak lagi butuh nasehat dari luar. Keburukan pun juga akan menimpa secara liar. Saat seseorang sudah merasa tak perlu masukan sesuai nalar.
Karena itu, prinsip “tak cukup sampai di sini” harus mendasari praktik personal development atau self-improvement dalam kepemimpinan. Maka katakan pada diri sendiri: “Mau menutup diri dari masukan dan nasehat? Yang bener aja! Rugi dong!”
Lalu, bagaimana personal development dan self-improvement itu harus dilakukan agar diri terhindar dari kerugian? Ada dua resep utama yang bisa dilakukan. Apa saja dan bagaimana?
* Penulis adalah Rektor UIN Sunan Ampel Surabaya
Selengkapnya di: https://uinsa.ac.id/blog/self-loss-yang -bener-aja-rugi-dong