LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo — Setelah mendapatkan penjelasan dari dokter, kalau lututnya akan dioperasi, dikerok agar bisa jalan kembali. Satu lutut biayanya Rp 60 juta, berarti kalau dua lutut biaya Rp 120 juta. Bahkan dengan penyakit paru-parunya bisa menelan biasa sekitar Rp 350 juta. Itulah yang dialami Prayitno Kusumo (74 tahun) warga Perumahan Magersari Sidoarjo.
Mendengar kondisi tersebut, Mbah Prayit_sapaan akrabnya langsung sedih. Akhirnya protes kepada Alloh SWT, minta petunjuk agar bisa sembuh dari penyakitnya. Ia pun mendapatkan hidayah dengan lelaku ndlamak, alias berjalan tanpa alas kaki hingga sekarang sudah sembuh total tanpa obat.
Pria kelahirasan Sidoajo 4 Januari 1950 ini menceritakan lebih jauh kalau sakitnya sangat parah, selain lutut yang sakit, juga dadanya juga mengalami sesak nafas, bahkan para tetangganya sudah mengatakan bakal kehilangan salah satu warganya, kembali kepangkuan Illahi.
Mbah Prayit, mengungkapkan saat masih masa mudanya dihadapkan pada ‘kenakalan’ seperti umumnya orang muda yang kebanyakan. Senang dugem, kecanduan merokok dan minum-minuman beralkohol. Utamanya merokok adalah hal yang paling tak bisa dihentikan selama 35 tahun.
“Saya dulu perokok berat selama 35 tahun. Terus terang dulu saya mbuetik (nakal_red) tapi bukan pembunuh, saya nakal biasa ya rokokan, minum. Ternyata itu sangat merusak,” akunya, pada Rabu (27/12/2023) siang.
Sebagai perokok berat, ia mulai merasakan efek rokok pada usia 59 tahun, Ia menderita sakit parah yang ketika didiagnosa ternyata menderita pembengkakan paru-paru dan hampir mengenai jantungnya.Dokter yang menanganinya kemudian menyarankan agar berhenti merokok. “Untuk berhenti merokok bukanlah hal mudah, bagi orang yang sudah kecanduan. Tapi sedikit demi sedikit aku mulai menuruti saran dokter untuk mengurangi rokok. Akhirnya, untuk mengganti rokok aku melampiaskan dengan banyak makan, utamanya makan tengah malam,” jelasnya.
Kebiasaan makan malam setiap hari membuat berat badannya naik drastis, yang menyebabkan ia kesulitan untuk berjalan, karena lutut terasa mulai sakit-sakitan dan sesak nafas akibat penyakit yang ada ditambah efek kegemukan.
“Lengkaplah sudah penderitaan saya sebagai manusia. Untuk mengurangi beban, satu- satunya cara harus kurus dan itu sulit sekali. Alternatifnya operasi lutut tapi sangat mahal, akhirnya saya berhasil mengurangi berat badan dari 82 jadi 79 kg, setelah diakupuntur di telinga kiri dan kanan, sehingga saat saya makan efeknya selalu mual,” keluhnya.
Namun hal itu saja tidak cukup, Ia juga tetap masih merasa sulit berjalan. Lutut semakin sakit. Berjalan pun semakin sulit. Oleh teman-temannya disarankan untuk mengikuti berbagai macam cara pengobatan. Dari pengobatan alternatif hingga ke dokter, sudah dia lakukan, tapi hasilnya tidak maksimal.
Hingga suatu saat saya mencoba melakukan pengobatan di Rumah Sakit Pertamina Pusat (RSPP) Jakarta. Dari hasil pemeriksaan direkomendasi untuk menjalani operasi agar segera dikerok penyakit yang ada di lututnya, tapi saya urung melakukan operasi karena keterbatasan biaya.
“Satu lutut biayanya Rp 60 juta. Artinya saya harus mengeluarkan Rp 120 juta untuk operasi dua lutut. Itu pun tidak ada jaminan kedua lutut saya ini akan dapat kembali berfungsi sempurna seperti semula,” ceritanya,
Kondisi tersebut membuat saya semakin merasa sedih. Aku mulai berfikir untuk mengeluhkan masalah ini kepada Sang Pencipta Allah SWT. Dengan kesadaran itu pula akhimya aku menuntut kepada Allah SWT agar memberi kesembuhan kepada seluruh kalangan, tidak hanya kepada kalangan orang berduit saja.
Lanjutnya, terus terang saya prihatin dengan keadaan seperti ini, Saya gak terimo (tidak terima sama Gusti Allah. Suatu malam saya di rumah, saya mengeluh kepada Allah. “Ya Allah sungguh engkau tidak adi…! Kalau hanya orung-orang berkemampuan yang bisa sehat di dunia ini. Tunjukkanlah ya Allah jalan yang Engkau Ridhoi untuk bisa menyembuhkan penyakit dan semua penyakit yang seperti saya alami, karena tidak mampu untuk membayar uang kesehatan. Jalan yang Engkau Ridhoi, jalan yang bisa aku lakukan untuk orang lain kelak,” doanya.
Sejak itu, saya bertekad memulai kegiatan pengobatan secara mandiri, mencoba mengobati secara alamiah penyakitnya tanpa medis dan obat-obatan. “Anda tahu apa yang saya lakukan ? Secara rutin dan dengan kesabaran, setiap pagi hari saya selalu berolahraga jalan kaki tanpa menggunakan alas kaki. Baik dalam kondisi sejuk maupun panas sekalipun. Saya paksakan lutut sakit ini sedikit demi sedilit saya bawa jalan. Sungguh bukan hal mudah karena saya harus menahan rasa sakit. Berbulan-bulan rasa sakit ini saya tahan hanya karena ingin sembuh total tanpa obat-obatan,” cerita Mbah Prayit mengenang.
Alhamdullilah, berkat tekad kuat ingin sembuh dan mungkin keluhannya didengar Allah SWT, saya merasa sembuh total setelah beberapa bulan rutin melakukan jalan pagi. Bahkan, ia mengaku kembali mendapat petunjuk dari Sang Maha Kuasa untuk berjalan sambil berdzikir dan bernafas dengan menyebut asma Allah SWT.
“Saya bertanya pada diri sendiri kenapa harus ada iramanya ? Ternyata karena alam semesta ini ada rotasinya. Nah rotasinya bisa dilakukan manusia dengan berdzikir. Setelah itu dapat pentunjuk lagi nafas kamu harus diisi, jangan dikosongkan (dalam hati kayak dialog). Jadi saat bernafas itu harus selalu nyebut Allah. Ini yang namanya meditasi aktif,” ungkapnya.
Dari keberhasilan itu, saya telah membuktikan dapat melawan peradaban seperti dokter, obat dan alat kesehatan, Sebenarnya semua manusia memiliki apapun yang dibutuhkan hanya melalui alam semesta.
Tak hanya di bidang kesehatan. Berdasarkan apa yang saya ketahui dari berbagai sumber, manusia terkoneksi dengan alam, jika tanpa menggunakan alas kaki. Berjalan tanpa alas kaki, bisa mendapatkan energi langsung dari alam. Karena energi dari bumi itu, dapat membuat dirinya lebih kuat, tampak lebih muda, dan organ yang disfungsi jadi kembali berfungsi.
Kini, dengan metode pengobatan yang dilakukannya itu, akhirnya mendapat perhatian dari banyak orang mulai dari tetangga, tekan kerja dan banyak lagi. Bahkan ia juga kerap diundang ke luar kota hanya untuk mengajarkan cara pengobatannya itu dengan gratis.
Ayah tiga orang anak itu memberi pengajaran secara gratis, karena merupakan janjinya kepada Allah SWT untuk bisa menyebarkan ilmu itu kepada semua orang. Maklum, saya juga merasa mendapat kesembuhan itu secara gratis, dan harus dirasakan pula oleh semua orang juga gratis.
“Setidaknya ada tiga persyaratan utama untuk melakukan ndlamak. Ada tiga syarat dasar. Pertama, hati dan pikiran harus bersih, gak boleh ada sirik tapi doakan dengan senyum, Kedua, belajar mengendalikan hawa nafsu. Ketiga, belajar membelakangi duniawi. Tiga hal itulah yang saya sebut dengan metode ilmiah, alamiah dan semua karena Illahiyah,” pesannya.
Hingga saat ini, Mbah Prayit tetap rutin untuk terus berjalan kaki tanpa alas kaki pada pagi hari selama kurang lebih satu jam, dilanjutkan dengan senar ringan. “Semua ini saya lakukan untuk menjaga diri supaya tetap bugar dan menyatu dengan alam. Gimana anda lihat saya sekarang,” begitu katanya sambil memperlihatkan postur tubuhnya yang tampak lebih muda dari usianya.
Bahkan, sekarang sudah banyak orang yang ingin bergabung untuk kesembuhan penyakitnya. Mulai mengadakan ‘ndlamak’ bersama di GOR Sidoarjo hingga mereka yang bergabung dalam grub yang diikuti sekitar 300 orang, mulai dari Jawa Timur, Indonesia hingga luar negeri.(mad/Aba)