LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo – Yayasan Pendidikan dan Sosial Ma’arif (YPM) Sepanjang kembali meneguhkan komitmennya dalam memperkuat budaya organisasi dengan menyelenggarakan Workshop Corporate Culture. Kegiatan ini diikuti oleh guru dari jenjang PG-TK, SD, SMP, SMA hingga dosen Universitas Maarif Hasyim Latif (UMAHA), dengan menghadirkan narasumber Dr. Kisyanto, M.M., akademisi dan praktisi manajemen. Bertempat di Gedung Grha Anugerah Gusti 2 Komplek YPM Center Megare. Sabtu(27/9/2025)
Dalam pemaparannya, Dr. Kisyanto menekankan bahwa budaya organisasi merupakan pondasi utama dalam menggerakkan sebuah lembaga. “Budaya organisasi bukan hanya teori, melainkan pola pikir dan perilaku yang konsisten, sehingga menjadi identitas yang membedakan satu lembaga dengan lainnya,” jelasnya.
Beliau menjelaskan empat tipe budaya organisasi sebagaimana dipahami dalam kajian manajemen modern: Clan, Market, Hierarki, dan Adhocracy. Budaya Clan menekankan kekeluargaan, kesetiaan, dan kebersamaan. Budaya Market mendorong orientasi pada mutu, kepuasan, dan daya saing. Budaya Hierarki membangun kepatuhan, keteraturan, dan sistem kerja yang jelas. Sedangkan budaya Adhocracy memacu inovasi, kreativitas, dan keberanian menghadapi perubahan.
Perspektif Islam dan Pesan Ketua YPM
Ketua YPM, Ir. H. Ahmad Makki, M.T., dalam sambutannya menegaskan bahwa membangun budaya organisasi sejatinya merupakan wujud cinta kepada Rasulullah Muhammad SAW. Ia mengutip sabda Nabi, _“Buistu li utammima makarimal akhlak”_ (Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak). Menurutnya, budaya organisasi adalah sarana untuk menegakkan akhlak mulia dalam dunia pendidikan.
“Dalam rumah tangga minimal kita memiliki budaya clan, budaya hierarki, dan budaya orientasi tujuan. Kesetiaan diwujudkan dalam tirakat suami menjaga diri dari godaan dan tirakat istri yang selalu merasa cukup. Kepatuhan diwujudkan dalam birrul walidain, suami mencari nafkah halal, dan istri yang beraktivitas dengan ridha suami. Sedangkan daya juang diwujudkan dalam semangat belajar, sholat berjamaah, dan membaca Al-Qur’an,” tegasnya.
Menurutnya, budaya organisasi bukan sekadar aturan, melainkan jalan ibadah. Ketika upaya menegakkan budaya organisasi justru mendatangkan kebencian, maka hal itu sejatinya menjadi kabar gembira. “Allah SWT telah menetapkan kita sebagai pengikut Rasulullah Muhammad SAW,” lanjutnya, mengutip dawuh KH. Thoifur Mawardi dari Purworejo.
Catur Wiguna: Budaya Kerja YPM
Dalam dokumen resmi Budaya Organisasi YPM, telah ditetapkan budaya kerja Catur Wiguna atau empat hal yang berguna. Prinsip ini menjadi pedoman seluruh unit pendidikan YPM, mulai dari guru hingga dosen.
Budaya Clan → diwujudkan dengan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Program-program seperti Sulamut Tilawah, dana sosial untuk siswa yatim, hingga beasiswa bagi siswa berprestasi adalah contoh nyata semangat kebersamaan ini.
Budaya Market → berorientasi pada kualitas dan kepuasan. YPM menerapkan program home visit wali kelas, pertemuan wali murid, hingga komunikasi intensif melalui grup WhatsApp sebagai bentuk pelayanan terbaik.
Budaya Hierarki → menekankan kepatuhan, disiplin, dan penghargaan. Contohnya, lomba inovasi guru, pemberian reward seperti Pin Emas YPM, hingga penghargaan bagi pencapaian khusus.
Budaya Adhocracy → diwujudkan melalui inovasi berkelanjutan. YPM meluncurkan program-program kreatif seperti Pasukan Semut, Gerakan Nyemplung Kali (GNK), hingga gerakan kebersihan lingkungan Clean and Tidy.
Keempat budaya kerja tersebut memperkuat motto YPM, yakni Berilmu, Bertaqwa, dan Beramal. Dengan prinsip ini, YPM berupaya mencetak insan yang bukan hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan peduli pada masyarakat.
Menjadi Pondasi Kemajuan Pendidikan
Dr. Kisyanto menambahkan, dengan budaya kerja yang terarah, setiap guru dan dosen dapat menginternalisasi nilai organisasi ke dalam praktik sehari-hari. “Budaya kerja harus menjadi nafas dalam setiap aktivitas. Guru bukan hanya mengajar, tetapi juga menjadi teladan dalam loyalitas, inovasi, kepatuhan, dan daya juang,” ujarnya.
Workshop yang berlangsung interaktif ini tidak hanya memberikan wawasan teoritis, tetapi juga praktik penerapan budaya organisasi di unit pendidikan. Para peserta diajak berdiskusi, berbagi pengalaman, dan merumuskan strategi nyata untuk memperkuat budaya kerja di lingkungan masing-masing.
Melalui kegiatan ini, YPM berharap Catur Wiguna semakin melekat dalam perilaku seluruh civitas akademika. Dengan budaya organisasi yang kuat, lembaga pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai tempat belajar, tetapi juga sebagai pusat pembentukan karakter, pengabdian kepada masyarakat, dan penguatan nilai-nilai Islam.(aba)
Reporter : Rahmad Sugianto, M.Pd.
