LIPUTANINSPIRASI, Jakarta— Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menegaskan bahwa kesempatan untuk menguasai Sains, Teknologi, Teknik, dan Matematika (STEM) bersifat inklusif. Prinsip inklusivitas tidak hanya berhubungan dengan disabilitas, tetapi juga berkaitan erat dengan kesempatan mendapatkan pembelajaran bermutu untuk setiap anak tanpa terkecuali.
Anak laki-laki dan perempuan, termasuk yang berada di daerah 3T (tertinggal, terluar, dan terdepan) serta kelompok marginal, mempunyai kesempatan yang sama.
Sekretaris Jenderal Kemendikdasmen, Suharti, menyatakan inklusivitas tidak hanya terkait anak-anak disabilitas tetapi juga mencakup kelompok anak di daerah tertinggal, anak dengan latar belakang perekonomian rendah, anak dengan perbedaan jenis kelamin, dan sebagainya.
Hal ini disampaikan Suharti saat berbicara dalam webinar bertajuk “Merayakan Masa Depan Anak Perempuan dalam STEM” yang diselenggarakan oleh Program Inovasi untuk Anak Sekolah Indonesia (INOVASI), kemitraan pendidikan antara Australia dan Indonesia, di Gedung A Kemendikdasmen, Jakarta, Rabu (12/3/2025).
Lebih lanjut, Suharti mengatakan memperkuat STEM menjadi prioritas pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, yang telah mencakup Asta Cita. Kemendikdasmen telah menyusun berbagai program untuk memperkuat kemampuan STEM mulai dari usia pendidikan dasar, terutama di kelas awal (1-3 SD).
Kemendikdasmen akan meningkatkan kemampuan guru dalam mengajarkan matematika agar lebih menyenangkan. “Upaya itu termasuk pengembangan kurikulum, perbaikan pembelajaran, dan digitalisasi pembelajaran matematika. Jika anak-anak tidak menyukai matematika dan sains sejak awal, maka mereka akan menganggapnya sebagai sesuatu yang menakutkan karena dianggap sulit,” jelasnya.
Sonah, Kepala SD Muhammadiyah 3 “IKROM” Wage Taman Sidoarjo, Jawa Timur, menyoroti pentingnya keterampilan guru dalam mengajar matematika. Guru perlu dilatih dan didampingi agar mampu mengajarkan matematika dengan cara yang lebih menyenangkan. “Guru sering sekali mengajarkan matematika sebagai hafalan karena tidak menguasai konsep mengajarkan matematika,” katanya.
Lanjutnya, untuk mengubah kebiasaan guru dalam mengajar matematika, Sonah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada guru melalui Kelompok Kerja Guru (KKG). Kegiatan ini difasilitasi oleh PW Muhammadiyah Jatim dan INOVASI. Guru-guru dilatih untuk memahami konsep matematika, asesmen, dan mendesain pembelajaran yang kontekstual serta bermakna.
Setelah pelatihan dan pendampingan intensif selesai, guru-guru di sekolahnya sudah mampu mengajarkan matematika dengan cara yang berbeda. “Mereka membuat berbagai media belajar sederhana, sehingga pembelajaran menjadi lebih dekat dengan kehidupan anak,” terangnya saat berbagi praktik baik dalam acara webinar tersebut.
Selain perubahan dalam proses pembelajaran, Sonah juga memperkuat kemampuan matematika melalui program Pengembangan Diri Siswa (PDS). Program ini memfasilitasi siswa untuk bergabung dalam berbagai klub untuk mempelajari coding, robotik, sains, dan matematika secara inklusif. Siswa laki-laki dan perempuan bebas memilih program PDS sesuai minat dan bakat masing-masing.
“Praktik-praktik baik ini berdampak pada meningkatnya rapor pendidikan sekolah. Capaian rapor pendidikan SD Muhammadiyah 3 “IKROM” Wage Taman yang awalanya 89% pada 2022, naik 90% pada 2023, dan mencapai 100 persen pada 2024 untuk numerasi,” katanya.
Natya An Nuur Bestari, seorang Marine Engineer di Caterpillar Marine, menyatakan bahwa kesempatan mempelajari STEM membuka peluang lebih besar bagi perempuan untuk terlibat dalam pembangunan.
Menurutnya, masih ada hambatan bagi perempuan untuk mempelajari STEM meskipun banyak perempuan telah membuktikan diri mampu bekerja di bidang yang didominasi oleh laki-laki. Natya, lulusan terbaik dari Marine Engineer Newcastle University, Inggris, telah terlibat dalam pembangunan kapal-kapal besar, termasuk kapal perang seperti fregat dan destroyer. “Pengalaman ini menunjukkan bahwa perempuan memiliki potensi besar dalam bidang teknik dan konstruksi maritim,” ungkapnya.
Ia mengatakan perempuan saat ini berjumlah setengah dari penduduk Indonesia. Bonus demografi ini tidak akan tercapai jika perempuan tidak terlibat langsung dalam program yang dikerjakan Indonesia.
Ia menekankan pentingnya mendukung program pemerintah Presiden Prabowo Subianto yang fokus ke sektor energi, pangan, dan alusista. Perempuan yang sudah punya ilmu, pengalaman, dan koneksi pada bidangnya perlu terlibat. “Ini bukan soal perempuan dan laki-laki, tetapi bagaimana kita semua terlibat dengan bidangnya masing-masing,” tukasnya.
Natya juga menekankan pentingnya peran sekolah dalam memberikan kesempatan belajar yang inklusif.
Menurutnya, siswa perempuan harus diberi kebebasan dan difasilitasi untuk mempelajari topik-topik yang sesuai dengan minat dan bakat mereka. Jika perempuan tertarik belajar teknologi, maka sekolah perlu memfasilitasinya.
Webinar bertajuk “Merayakan Masa Depan Anak Perempuan dalam STEM” diselenggarakan untuk merayakan Hari Perempuan Internasional yang dirayakan setiap 8 Maret.(mad/aba)