LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Budaya masyarakat Jepang sudah sangat dikenal berperilaku kehidupan sehari-harinya dengan disiplin yang sangat tinggi. Sehingga sangat perlu sekali diadopsi atau diterapkan kepada murid-murid kita, agar dalam bermasyarakat lebih disiplin tinggi.
Itulah ungkapan Diah Wahyuni Indrianawati, S.Pd., Gr. ungkapan Guru Bahasa Jepang SMA Negeri 1 Krian, usai mengikuti program pelatihan guru untuk guru bahasa Jepang dari Japan Foundation, pada tanggal 5 Juni – 23 Juli 2024.
“Yang kami pelajari adalah mengenai bahasa Jepang, budaya dan kehidupan sehari-hari di Jepang. Perwakilan dari Indonesia sebanyak 6 orang, dari Jawa Timur hanya saya sendiri, dan pelatihan ini diikuti oleh 32 peserta dari 18 negara, oleh The Japan Foundation Japanese Language Institute, Urawa,” ungkap Diah Wahyuni Indrianawati, pada Senin (29/7/2024) siang.
Ia katakan, rasanya selama di Jepang senang dan bersemangat. Senang karena bisa bertemu banyak orang baru dari berbagai negara lain dan bisa membangun koneksi. Bersemangat karena akhirnya bisa belajar langsung di Jepang dan akan mempelajari banyak hal baru tentang budaya dan keseharian di Jepang.
Jadi selama di Jepang saya berlajar Bahasa Jepang. Mulai mempelajari cara berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Mempresentasikan tempat wisata dan kegiatan rutin atau festival yang ada di negara masing-masing, juga mempelajari dan mempresentasikan tentang gaya hidup ekologi.
Selain itu juga belajar Budaya Jepang. Mulai belajar cara memakai pakaian tradisional Jepang yaitu Yukata. Kunjungan ke museum Miraikan, disana kami mempelajari teknologi Jepang. Menyaksikan pertunjukan Wadaiko kemudian belajar memainkan Taiko nya, hingga belajar Kaligrafi Jepang (Shodo).
Adapun untuk kehidupan sehari-harinya, diantara kita juga kunjungan ke salah satu SMA di Jepang, dalam kunjungan itu kami mengikuti pembelajaran dalam kelas, makan siang bersama siswa dan melihat kegiatan ekstrakurikuler.
“Mempelajari tata cara berkunjung ke rumah orang Jepang, kemudian melaksanakan homestay. Berkeliling kota Kita Urawa bersama orang Jepang agar kami bisa mengenal dengan baik daerah sekitar tempat pelatihan,” terang Bu Diah_sapaan akrabnya.
“Manfaat yang akan saya terapkan adalah bagaimana memulai pelajaran dengan melakukan ice breaking yang variatif, dan penerapan kebiasaan baik orang Jepang seperti memilah sampah dan disiplin waktu. Untuk disiplin waktu sangat tinggi sekali,” katanya.
Misalnya, saat pelatihan/pelajaran waktu dimulainya sesuai dengan jadwal yang sudah tertera. Sensei(guru) nya juga sudah hadir 10 menit sebelum pelajaran dimulai. Sehingga kami sebagai peserta selalu mencoba hadir 15 menit sebelum jam pelajaran dimulai. Atau 5 menit sebelum Sensei nya hadir,” jelasnya.(mad/Aba)