LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Pendidikan inklusif menjadi salah satu solusi untuk mewujudkan kesetaraan pendidikan bagi seluruh peserta didik, tanpa memandang latar belakang maupun perbedaan kemampuan. Pendekatan ini menekankan pentingnya memberikan akses pendidikan yang setara bagi semua siswa, termasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus (Anak Berkebutuhan Khusus/ABK).
Melalui pendidikan inklusif, sekolah diharapkan mampu menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana setiap siswa merasa dihargai, didukung, dan diberdayakan untuk mencapai potensi terbaiknya.
Langkah ini memerlukan kerja sama antara sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif. Melalui berbagai program peningkatan kompetensi, seperti pelatihan dan workshop untuk para guru, diharapkan pendidikan inklusif dapat diterapkan secara maksimal.
Kesetaraan pendidikan bukan hanya tentang akses yang sama, tetapi juga tentang menciptakan suasana belajar yang memupuk rasa percaya diri, kemandirian, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Untuk menuju kondisi tersebut SMA Negeri1 Waru telah menyelenggarakan kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi Guru dalam Asesmen dan Pendidikan Inklusif menuju Kesetaraan Pendidikan, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang luas bagi seluruh pendidik dalam mewujudkan kesetaraan pendidikan bagi semua siswa, termasuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Acara ini dihadiri oleh seluruh tenaga pendidik dan dibuka secara resmi oleh Kepala SMA Negeri1 Waru, Laila Mufida, S.Pd, yang menyampaikan apresiasi atas antusiasme para guru yang mengikuti acara ini.
Ia juga menuturkan kalau kesetaraan dalam pendidikan inklusif tidak hanya berarti memberikan kesempatan belajar yang sama, tetapi juga menyajikan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa. “Pendidikan inklusif mendorong perubahan sistem pengajaran, metode evaluasi, dan interaksi sosial yang lebih terbuka dan suportif. Guru juga dituntut untuk mengembangkan kompetensi khusus, seperti kemampuan dalam memahami kebutuhan individu siswa dan keterampilan dalam menyampaikan materi dengan cara yang lebih fleksibel,” tuturnya.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Sidoarjo, Dr. Kiswanto, M.Pd, memberikan arahan bagi para peserta, tentang pentingnya kompetensi guru dalam menerapkan pendidikan inklusif di sekolah.
Dari empat kompetensi utama yang harus dimiliki oleh guru, kompetensi pedagogik, profesional, sosial, dan kepribadian. Ia juga menyoroti bahwa kompetensi kepribadian adalah yang paling penting dan perlu terus ditingkatkan.
Menurutnya, kompetensi kepribadian akan mendukung guru dalam membangun empati, kesabaran, dan kedekatan dengan siswa, yang sangat penting dalam mendampingi siswa ABK agar mereka merasa diterima dan nyaman dalam proses belajar.
“Kepada Bapak/Ibu guru agar menjaga kekompakan, keharmonisan, dan persaudaraan antar sesama. Menjaga kekompakan, keharmonisan, dan persaudaraan adalah fondasi penting dalam membangun hubungan sosial yang damai dan sejahtera. Kekompakan menciptakan rasa kebersamaan dan memperkuat hubungan sosial, memungkinkan individu dalam kelompok atau masyarakat untuk bekerja sama dengan lebih efektif. Ketika setiap anggota kelompok saling mendukung dan berkolaborasi, tujuan bersama dapat dicapai dengan lebih mudah dan lebih cepat,” pesannya.
Pemateri utama, Dra. Rukmini Ambarwati, M.Psi, seorang ahli di bidang psikologi Pendidikan sekaligus pengawas sekolah, menyampaikan materi mengenai pengenalan ABK, faktor-faktor yang menjadi penyebab kondisi mereka, serta cara penanganannya di lingkungan sekolah.
Rukmini menjelaskan secara rinci berbagai jenis kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki siswa, seperti gangguan perkembangan, gangguan perilaku, atau keterbatasan fisik.
Ia juga memberikan panduan kepada para guru tentang metode pendekatan yang tepat untuk menangani siswa ABK, sehingga mereka dapat beradaptasi dan berprestasi sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Workshop ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman para guru tentang pendidikan inklusif dan mendorong terciptanya lingkungan belajar yang lebih adil dan setara bagi semua siswa. “Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para guru dapat membangun kesadaran dan keterampilan yang lebih baik dalam menghadapi tantangan pendidikan inklusif, sehingga dapat tercipta kesetaraan pendidikan di setiap jenjang,” harap Bu Laila_sapaan akrab Kepala SMA Negeri 1 Waru.(mad/aba)