• About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact
  • Agama
    • Hadist
    • Al-Qur’an
  • Berita
    • Artikel
    • Makalah
  • Budaya
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
    • Prestasi
  • Infografis
    • Kegiatan
    • Istilah
    • Mutiara Hikmah
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Redaksi
No Result
View All Result
  • Agama
    • Hadist
    • Al-Qur’an
  • Berita
    • Artikel
    • Makalah
  • Budaya
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
    • Prestasi
  • Infografis
    • Kegiatan
    • Istilah
    • Mutiara Hikmah
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Redaksi
No Result
View All Result
No Result
View All Result
Home Artikel

Mengapa Santri Perlu Menulis Esai?

by Liputan Inspirasi
4 October 2025
in Artikel
Mengapa Santri Perlu Menulis Esai?
Share on FacebookShare on Twitter

 

Penulis : Abdul Wachid B.S *

Tradisi Ulama yang Terlupakan

Di lingkungan pesantren, keterampilan berbicara di depan publik seringkali menjadi prioritas utama dalam proses pendidikan. Para santri dibiasakan untuk membaca kitab kuning, mendengarkan pengajian para kiai, serta menyampaikan ceramah atau khutbah di hadapan jamaah. Aktivitas-aktivitas ini telah membentuk tradisi lisan yang kuat. Namun, ada satu aspek penting yang sering terabaikan, yaitu keterampilan menulis, khususnya menulis esai. Padahal, menulis bukan sekadar pelengkap retorika lisan, melainkan bagian integral dari tradisi intelektual Islam yang telah diwariskan oleh para ulama selama berabad-abad.

Tradisi tulis-menulis di dunia Islam memiliki akar yang sangat panjang. Imam al-Ghazali, Ibnu Khaldun, hingga Hujjatul Islam Al-Syafi’i, semuanya meninggalkan karya tulis yang menjadi rujukan hingga kini. Karya-karya mereka tidak hanya mencerminkan keluasan ilmu, tetapi juga kedalaman perenungan dan kejernihan berpikir. Dalam konteks ini, menulis bukanlah aktivitas elit yang terpisah dari kehidupan santri, melainkan sebuah warisan yang perlu dihidupkan kembali dengan semangat zaman.

Esai Melatih Nalar Kritis dan Dakwah Inklusif

Esai sebagai genre tulisan memiliki karakter yang unik. Ia bersifat argumentatif, reflektif, dan personal. Dalam esai, penulis tidak hanya mengungkapkan opini, melainkan dituntut untuk menyusun argumen yang logis, didukung oleh data, pengalaman, dan analisis yang tajam. Seperti dikatakan Graham Good, “An essay is a short piece of writing on a particular subject, often expressing personal views” (Good, The Observing Self: Rediscovering the Essay, Routledge, 1988). Oleh karena itu, menulis esai adalah sarana yang efektif untuk melatih kejernihan berpikir dan keberanian bersikap di kalangan santri.

Pertama, menulis esai membantu santri melatih kemampuan berpikir kritis dan logis. Di tengah derasnya arus informasi yang seringkali bias, manipulatif, dan provokatif, santri memerlukan keterampilan untuk memilah, mengolah, dan menyimpulkan informasi secara bijaksana. Dalam proses menulis esai, santri ditantang untuk menyusun gagasan secara runtut, menguji validitas data, serta merumuskan kesimpulan yang bertanggung jawab secara moral. Hal ini sejalan dengan prinsip tafaqquh fiddin (memperdalam pemahaman agama) yang tidak cukup hanya dengan menghafal teks, melainkan juga menafsirkan dan mengaplikasikannya dalam konteks kekinian.

Kedua, menulis esai membuka ruang bagi santri untuk berbicara kepada publik luas di luar lingkungan pesantren. Selama ini, dunia pesantren sering dipersepsikan sebagai ruang yang tertutup dan eksklusif. Akibatnya, kontribusi intelektual para santri kurang terdengar di ruang diskusi publik. Padahal, banyak gagasan segar dan pandangan moderat yang lahir dari rahim pesantren. Melalui esai, santri dapat menjembatani pesantren dengan masyarakat umum, menyuarakan nilai-nilai Islam yang damai, toleran, dan solutif.

Dalam konteks ini, esai menjadi media yang strategis untuk melawan dominasi narasi keislaman yang keras, kaku, dan reaktif di media massa. Esai memberikan kesempatan bagi santri untuk menyampaikan wacana keislaman yang inklusif, dengan pendekatan yang dialogis dan argumentatif. Ini penting agar Islam tidak dipersepsikan sebagai agama yang eksklusif dan penuh doktrin, melainkan sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi semesta alam).

Ketiga, menulis esai melatih santri mengembangkan gaya bahasa yang efektif dan kontekstual. Dalam era dakwah digital, kemampuan menyampaikan gagasan dengan bahasa yang ringan, komunikatif, dan persuasif menjadi sangat penting. Media sosial, blog, dan kolom opini di media massa membutuhkan penulis-penulis yang mampu memformulasikan nilai-nilai Islam dalam bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat awam. Esai adalah sarana ideal untuk melatih kepekaan tersebut, agar santri tidak hanya berbicara kepada komunitasnya sendiri, tetapi juga kepada masyarakat lintas latar belakang.

Menulis Tanggung Jawab Kolektif Pesantren

Beberapa pesantren sebenarnya telah memulai inisiatif untuk membangun tradisi menulis esai, melalui pelatihan jurnalistik, kelas menulis kreatif, atau penerbitan buletin internal. Namun, inisiatif ini masih bersifat sporadis dan belum menjadi bagian dari sistem pembelajaran yang berkelanjutan. Banyak santri yang memiliki potensi besar di bidang kepenulisan, namun tidak mendapatkan bimbingan yang memadai. Di sinilah pentingnya peran para kiai muda, alumni pesantren yang melek literasi, serta dosen-dosen literasi yang memahami dunia pesantren. Mereka harus menjadi jembatan yang menghubungkan warisan intelektual klasik dengan tantangan zaman modern.

Upaya pelatihan menulis esai di pesantren tidak harus diposisikan sebagai beban tambahan. Justru, ia dapat menjadi media yang memperkuat pembelajaran logika (mantiq) dan retorika. Selama ini, kajian mantiq di pesantren seringkali bersifat teoritis dan tekstual. Padahal, mantiq adalah ilmu berpikir benar yang aplikatif. Dengan menulis esai, santri diajak untuk mempraktikkan kaidah-kaidah mantiq dalam menyusun argumen, sehingga logika tidak hanya menjadi hafalan, tetapi menjadi keterampilan berpikir kritis yang hidup dan kontekstual.

Materi-materi keislaman seperti fiqih, tasawuf, dan tafsir dapat menjadi basis bagi esai-esai yang membahas isu-isu aktual seperti krisis lingkungan, etika digital, perdamaian antarumat beragama, hingga problematika kepemudaan dan urbanisasi. Dengan demikian, esai menjadi ruang bagi santri untuk merefleksikan ilmu yang mereka pelajari, sekaligus menyambungkannya dengan realitas sosial.

Manfaat lain dari membiasakan santri menulis esai adalah terciptanya dokumentasi intelektual yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Jika para ulama klasik meninggalkan syarah, hikayat, dan manaqib, maka santri masa kini dapat menyumbangkan esai-esai yang merekam denyut zaman. Karya-karya tersebut menjadi jejak pemikiran yang tidak hanya bernilai historis, tetapi juga relevan untuk menjawab tantangan zaman yang terus berubah.

Lebih jauh lagi, aktivitas menulis esai sejalan dengan misi utama pesantren, yaitu mencetak manusia yang berpikir, berakhlak, dan berdaya. Menulis menuntut kesabaran dalam menyusun gagasan, ketekunan dalam membaca, serta keterbukaan terhadap kritik. Proses ini sejalan dengan semangat tazkiyah an-nafs (pensucian jiwa), karena menulis bukan hanya aktivitas intelektual, tetapi juga spiritual. Seperti diungkapkan oleh al-Ghazali, “Sesungguhnya tulisan adalah lidah kedua bagi manusia” (Ihya’ Ulumuddin).

Dengan membiasakan santri menulis esai, pesantren tidak hanya mencetak penceramah yang fasih, tetapi juga penulis yang jernih dan mencerahkan. Dunia hari ini membutuhkan suara Islam yang rasional, lembut, dan solutif. Esai adalah salah satu media untuk menghadirkan suara tersebut secara artikulatif dan bertanggung jawab.

Karena itu, gerakan literasi pesantren perlu diarahkan bukan hanya untuk menumbuhkan minat baca, tetapi juga semangat menulis. Santri tidak cukup hanya mengkonsumsi wacana, tetapi juga harus diajak untuk memproduksi wacana. Menulis esai adalah langkah awal yang strategis untuk membentuk santri sebagai intelektual organik, yakni mereka yang sanggup berdiri di antara tradisi dan modernitas, serta mampu menyampaikan gagasan kepada umatnya dengan tulisan yang bening, berisi, dan mencerahkan.

Sudah saatnya menulis esai menjadi budaya baru di pesantren, agar santri tidak hanya menjadi pendengar, tetapi juga menjadi penulis yang merawat dan membangun peradaban.

*Abdul Wachid B.S. (Penulis adalah penyair, Guru Besar Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, dan Ketua Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura) di Universitas Islam Negeri Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto)

Tags: #SantriEssiMenulis
Previous Post

Melalui Inovasi Wisata Edukasi, Tumbuhkan Nilai Hukum dan Karakter

Next Post

Peringatan HUT ke-80 TNI Bersama Pemkab Perbaiki Rumah Mbok Imuk

Next Post
Peringatan HUT ke-80 TNI Bersama Pemkab Perbaiki Rumah Mbok Imuk

Peringatan HUT ke-80 TNI Bersama Pemkab Perbaiki Rumah Mbok Imuk

Recent News

Kepala SMP Negeri 3 Sidoarjo Lantik Ketua OSIS Baru

Kepala SMP Negeri 3 Sidoarjo Lantik Ketua OSIS Baru

14 October 2025
UMKM Tawangsari Ikuti Pelatihan Digital Marketing dan Hukum dari UMAHA

UMKM Tawangsari Ikuti Pelatihan Digital Marketing dan Hukum dari UMAHA

12 October 2025
Dari Mimbar Tilawah ke Etika Publik (Refleksi STQHN 2025)

Dari Mimbar Tilawah ke Etika Publik (Refleksi STQHN 2025)

12 October 2025
Bupati Ipuk Pimpin Upacara Hari Jadi ke 80 Provinsi Jawa Timur

Bupati Ipuk Pimpin Upacara Hari Jadi ke 80 Provinsi Jawa Timur

12 October 2025

Stay Connected test

  • 23.9k Followers
  • 99 Subscribers

Browse by Category

  • Agama
  • Artikel
  • Berita
  • Budaya
  • Hadist
  • Infografis
  • Kegiatan
  • Kesehatan
  • Kisah Inspiratif
  • Kolom
  • Liputan
  • Olahraga
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Prestasi
  • Profil
  • Redaksi
  • Seni-Budaya
  • Tokoh
https://scienceenterprises.com/
https://space-ms.com/
https://aks-corp.com/
https://churchofelduce.com/
https://ka-bloom.org/
https://360tvdigital.com/
https://slatinoff.org/
https://88daysdocumentary.com/
https://mediavengers.com/
https://highseasfilm.com/
https://yellowribbonbooks.com/
https://kosmetyki-mineralne.com/
https://elpasoblanco.org/
https://homestylediary.com/
https://area-information.net/
https://boost2020.com/
https://citizenjanemovie.com/
https://zone-vx.com/
https://apkdigit.com/
https://supercarthailand.com/
https://skeletoncandles.com/
https://umhs-community.org/
https://aandbstories.com/
https://aeciodeverdade.com/
https://dosagardenny.com/
https://hotel-villadelisle.com/
https://howtodrivers.com/
https://kazzanyc.com/
https://markeyforcongress.com/
https://naturalhazards.org/
https://restaurantmarketingblog.com/
https://tudoparablogs.com/
https://indonesiabertanam.com/
https://gen22.net/
https://scientificfederation.com/
https://diarioleonense.com/
https://wingvote.com/
https://cheersjess.com/
Slot Thailand
https://gazebobkk.com/
https://xuperblog.com/
https://jongmee.com/
https://rentcarua.com/
https://tudorchoir.org/
https://tudorchoir.org/
https://tabanan.tabanankab.go.id/wp-includes/s777/
https://esptpd.pasuruankota.go.id/public/img/assets/

  • About
  • Advertise
  • Privacy & Policy
  • Contact

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

No Result
View All Result
  • Agama
    • Al-Qur’an
    • Hadist
  • Berita
    • Artikel
    • Makalah
  • Budaya
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
    • Prestasi
  • Infografis
    • Kegiatan
    • Istilah
    • Mutiara Hikmah
  • Kesehatan
  • Olahraga
  • Sejarah
  • Tokoh
  • Redaksi

© 2025 JNews - Premium WordPress news & magazine theme by Jegtheme.

Are you sure want to unlock this post?
Unlock left : 0
Are you sure want to cancel subscription?