Oleh : Moh. Ibnu Athoillah*
Kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan sekadar peristiwa sejarah, melainkan titik balik peradaban manusia. Beliau diutus sebagai “rahmatan lil ‘alamin”. Rahmat bagi seluruh alam, bisa alam dunia maupun alam akhirat.
Memahami makna kelahiran Rasulullah berarti menyadari bahwa kehadiran beliau adalah jawaban atas jeritan kemanusiaan yang haus akan keadilan, kasih sayang, dan petunjuk. Dari padang pasir Makkah yang tandus, lahir sosok yang membawa cahaya tauhid dan akhlak mulia. Maka, memperingati Maulid Nabi bukan hanya ritual, tetapi momen refleksi untuk meneladani perjuangan dan cinta beliau kepada umatnya.
Salah satu potret kebijaksanaan Rasulullah tampak saat seorang lelaki Badui atau orang desa yang tidak banyak menerima pengetahuan, beda halnya dengan masyarakat kota saat itu. Di tengah tengah majlis ta’lim, tiba tiba Ia bertanya, “Kapan hari kiamat terjadi?” Alih-alih menjawab dengan waktu pasti, Nabi SAW balik bertanya, “Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapinya?” Orang itu menjawab, “ Tidak ada sesuatu yang saya siapkan, Sesungguhnya aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Maka Rasulullah bersabda, “Engkau akan bersama orang yang engkau cintai”
Jawaban ini bukan hanya lembut, tapi juga mendidik. Bahwa fokus utama bukan pada waktu kiamat, melainkan pada kesiapan hati dan amal. Bisa saja Nabi menjawab panjang lebar pengetahuan atau teori tentang hari kiamat. Tapi itu tidak diberikan oleh Rasululloh. Kebijaksanaan beliau mengubah pertanyaan retoris menjadi pelajaran spiritual yang menyentuh. Apa mungkin merasa cinta kepada Alloh dan Rasul-Nya, namun tidak mengikuti anjuranya?
Dalam menghadapi hari kiamat, bekal terbaik bukan harta, jabatan, atau popularitas. Bekal itu adalah taqwa, ketaatan serta kepasrahan total kepada Allah dan Rasul-Nya. Taqwa bukan sekadar rasa takut, tapi kesadaran mendalam untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Allah berfirman, “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa” (QS. Al-Baqarah: 197). Taqwa adalah kompas yang menuntun kita di dunia yang penuh godaan, agar kelak di akhirat kita tidak termasuk orang yang menyesal.
Maka, memahami kelahiran Rasulullah, meneladani kebijaksanaannya, dan menjadikan taqwa sebagai bekal adalah rangkaian yang tak terpisahkan dalam perjalanan spiritual seorang Muslim. Semoga kita termasuk umat yang dicintai dan mendapat syafaat beliau di hari akhir.
* Pengasuh Majlis Taman Surga – Sidoarjo