LIPUTANINSPIRASI, Mojokerto –Sekelompok mahasiswa Universitas Airlangga (UNAIR) mencetuskan program edukatif dan lingkungan bertajuk BOKASGOT (Bokashi Kasgot) di Desa Ketapanrame, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Program ini bertujuan untuk mengolah limbah organik seperti kotoran ternak (kohe) dan kasgot (hasil olahan maggot dari limbah dapur) menjadi pupuk bokashi yang ramah lingkungan dan bernilai ekonomis.(15/7/2025)
BOKASGOT merupakan bagian dari kegiatan Belajar Bersama Komunitas (BBK), yakni pendekatan pendidikan berbasis komunitas yang memungkinkan mahasiswa dan warga saling belajar serta mempraktikkan solusi lingkungan secara langsung.
“Kami ingin mendorong cara pandang baru bahwa limbah bukan sampah, tapi sumber daya. Pupuk bokashi adalah salah satu cara mengubahnya menjadi sesuatu yang bermanfaat,” ujar Samuel Gilang Ernest Siahainenia, mahasiswa UNAIR sekaligus penggagas program.
Kegiatan BOKASGOT dilakukan secara terbuka di lingkungan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) desa, melibatkan pekerja TPS, ibu rumah tangga, hingga pemuda lokal. Mereka belajar bersama cara mencampur kohe, kasgot, dedak, sekam, gula merah cair, EM4, dan air, lalu menyimpannya dalam karung untuk proses fermentasi.
“Saya baru tahu kalau sisa maggot bisa dicampur jadi pupuk. Kalau ini berhasil, bisa buat tanaman di rumah atau malah dijual,” ujar Pak Arif, salah satu peserta yang ikut praktik langsung.
Kegiatan ini disambut antusias warga karena tidak hanya menawarkan pengetahuan baru, tetapi juga membuka potensi ekonomi baru berbasis rumah tangga. Meski wilayah Ketapanrame minim lahan pertanian, bokashi tetap bisa dimanfaatkan untuk penghijauan pekarangan dan tanaman hortikultura.
Lebih dari sekadar praktik teknis, BOKASGOT juga menjadi ruang dialog dan pertukaran pengalaman antara mahasiswa dan komunitas desa. Pendekatan BBK menempatkan masyarakat bukan sebagai objek, melainkan mitra pembelajar aktif.
Program ini turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin 12: Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab, dengan harapan bisa direplikasi di wilayah lain yang menghadapi tantangan limbah organik.(Rifda/aba)