LIPUTANINSPIRASI, Tabanan – Memiliki keterbatasan pada indra penglihatan sedari kecil tidak membuat Kasiyo bin Joyo Wiono, jemaah haji tuna netra asal Tabanan, Bali berputus asa apalagi hilang arah. Berkat usaha dan doa yang tak mengenal lelah, Kasiyo (70 tahun) yang berprofesi sebagai tukang pijat ini, kini dapat menunaikan kewajiban rukun Islam ke-5 yakni berhaji ke Baitullah.
Kasiyo yang juga merupakan seorang pensiunan PNS Dinas Sosial Tabanan Bali ini mengisahkan pertama kali mendaftar haji pada tahun 2013.
“Pada tahun 2011, setelah pensiun, dalam hati saya munculi keinginan yang kuat untuk berangkat haji. Dari situ saya mulai tergerak untuk rutin menabung supaya bisa mendaftar haji,” terang PNS yang pensiun pada tahun 2010 ini.
Untuk mewujudkan impian mendaftar haji, Kasiyo mulai berikhtiar menyisihkan penghasilannya sebagai tukang pijat.
“Jumlah yang saya tabung itu tidak menentu, patokannnya adalah penghasilan pijat dari 1-4 pasien untuk kebutuhan keluarga, lebih dari itu saya sisihkan. Jadi jika satu hari saya memperoleh 3 pasien, berarti hari itu saya tidak menabung untuk haji. Apabila sehari ada 6 pasien, penghasilan dari 4 pasien saya pakai kebutuhan keluarga, sedangkan penghasilan dari 2 pasien untuk tabungan haji,” terang pria kelahiran Solo ini.
Setelah menunggu selama 11 tahun, Kasiyo sangat bersyukur tahun ini ia mendapat panggilan untuk berangkat haji.
“Alhamdulillah, akhirnya cita-cita saya untuk berhaji ke tanah suci bisa terwujud,” ungkap Kasiyo dengan rasa bahagia.
Dia mengaku meskipun telah mengalami kebutaan sejak usia dua tahun karena mengalami panas tinggi, dirinya tetap optimis dalam menjalani kehidupan ini.
“Saya sudah bisa memijat mulai tahun 1975 ketika saya lulus sekolah,” terangnya ketika tiba di Asrama Haji Embarkasi Surabaya pada Kamis (30/5). Dari kemampuan pijat itu, dia bisa menjadi PNS di Dinas Sosial sebagai pelatih pijat.
Kini, Kasiyo yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 72 bersama jemaah haji Provinsi Bali lainnya, telah terbang ke tanah suci pada Jum’at (31/5) siang.
“Semoga di tanah suci saya bisa menunaikan ibadah haji dengan baik dan benar serta diberi kemudahan dan kelancaran. Saya berdoa selalu diberi kesehatan dan keselamatan, dan bisa pulang ke Bali dengan menjadi haji yang mabrur,” demikian harapan ayah dari tujuh anak ini.
Dia juga mendoakan agar istri dan keluarga tercinta juga memperoleh kesempatan ke tanah suci menjadi tamu Allah SWT .
“Dulu belum bisa mendaftar berdua bersama istri karena saat itu uangnya hanya cukup buat saya mendaftar sendiri. Semoga Allah SWT memberikan kesempatan pada keluarga kami untuk bisa berhaji,” harapnya.(evi/Humas/Kemenag)