LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo — Puluhan anak berkebutuhan khusus dari PKBM Lentera Fajar Indonesia pada hari Sabtu, 16 Desember 2023 melakukan pembelajaran inklusif dan luar kelas di Kampung Edukasi Sampah.
Kegiatan pembelajaran anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam kegiatan luar kelas dengan tema pengelolaan sampah, bukanlah hal yang mudah untuk dilaksanakan, karena dalam pelaksanaannya harus melibatkan dan dukungan dari masyarakat dan berbagai pihak termasuk guru, orang tua, dan komunitas.
Retno Mulyo, koordinator kader lingkungan disela-sela pembelajaran di Kampung Edumasi Sampah mengatakan bahwa mereka dikenalkan dengan pemilahan dan pengolahan sampah. Adapun metode yang diterapkan dalam pembelajaran dilakukan di luar kelas agar dapat tercipta kelas yang aktif, kondusif, kreatif dan tak lupa menyenangkan.
“Materi yang disampaikan sama dengan materi yang diberikan kepada peserta umum, hanya perlu ditambahkan penekanan dilanjutkan dengan praktek memilah sampah sesuai jenisnya serta mengolah sampah organik dengan berbagai metode serta memanfaatkan anorganik sebagai kerajinan dan souvenir yang bisa memberikan nilai ekonomis” kata Retno.
“Anak-anak istimewa ini selama melakukan kegiatan pembelajaran luar kelas dikenalkan tentang cara memilah dan mengolah sampah dengan melibatkan aspek pengembangan keterampilan, pendidikan lingkungan, dan integrasi social,” jelasnya.
Sementara itu, terpisah pegiat lingkungan Kampung Edukasi Sampah Edi Priyanto menyatakan bahwa anak dengan kebutuhan khusus ini sebenarnya memiliki hak yang sama dengan anak sebaya lainnya. Mereka tetap memiliki hak yang sama baik dalam hal pendidikan, kehidupan, pertemanan, dan kesejajaran sebagai manusia yang utuh.
“Perbedaan fisik dan pola berpikir anak berkebutuhan khusus memang sedikit menyita perlakuan ekstra dari orang-orang disekelilingnya. Harapannya dengan usaha tersebut anak-anak berkebutuhan khusus tetap mampu memiliki daya hidup di tengah-tengah masyarakat,” ungkap Edi.
“Kegiatan pembelajaran luar kelas dengan mengajak mereka dalam kegiatan luar kelas yang bersifat sosial akan dapat membantu mereka memahami peran mereka dalam masyarakat dan memberikan kontribusi positif. Demikian juga kegiatan tersebut juga akan membantu mereka untuk memahami pentingnya menjaga dan merawat lingkungan sejak dini. Ini bisa meningkatkan kesadaran mereka terhadap peran yang dapat mereka mainkan dalam pelestarian lingkungan”, katanya.
Edi berharap kegiatan pendidikan inklusif seperti yang dilakukan di Kampung Edukasi Sampah juga mendorong program pembelajaran lainnya bagi anak berkebutuhan khusus, sehingga semua anak, termasuk anak yang berkebutuhan khusus, dapat berpartisipasi dan merasa diterima dalam kegiatan yang sama dengan teman sebayanya. Juga akan mampu menanamkan nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang. Memahami cara memilah dan mengolah sampah adalah langkah penting dalam mendukung keberlanjutan lingkungan.
“Membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan diluar kelas akan mendorong mengembangkan kemandirian dengan memberikan tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan kemampuan mereka. Dengan melibatkan mereka dalam kegiatan luar kelas yang bersifat inklusif dan mendidik, kita dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang merangsang, mendukung pengembangan, dan memupuk nilai-nilai positif”, jelas Edi.
“Dengan demikian, memperkenalkan anak-anak berkebutuhan khusus dengan kegiatan luar kelas seperti tentang cara memilah dan mengolah sampah beserta prakteknya tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga mendukung perkembangan holistik anak-anak tersebut,” pungkas Edi.(mad/Aba)