LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo – Pagelaran seni dan karya nyata siswa dan siswi kelas VII SMP YPM 1 Taman, Sidoarjo menjadi wujud realisasi pengutan profil pelajar Pancasila di sekolah, Sabtu (24/06/2023). Sebanyak delapan tim kelas 7 masing – masing menampilkan pagelaran seni dan budaya baik berupa tarian daerah hingga ritual budaya dari berbagai daerah di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tidak hanya itu, dalam acara ini juga dilengkapi bazar dan pasar murah juga digelar kedelapan kelas itu. Mereka menyuguhkan buah kreativitas berupa barang ketrampilan maupun makanan olahan yang siap saji. Bahkan, makanan siap saji itu, bisa dinikmati para pengunjung saat itu.
Selain itu, sekolah dengan 900 pelajar ini memberi kesempatan para murid untuk menunjukkan kreativitasnya masing-masing. Bahkan siswa kelas VII dan wali murid saat penerimaan rapor itu, juga bisa menikmati bazar dan menyaksikan pagelaran seni budaya di halaman sekolah itu.
Kepala SMP YPM 1 Taman, Hj Indah Murfidah mengatakan kegiatan ini sebagai puncak kegiatan Projek Pengutan Profil Pelajar Pancasila (P5) di sekolahnya selama pembelajaran kelas VII. Tidak hanya itu, juga masih banyak makna yang didapat para siswa dan siswi.
“Bagi anak-anak kelas 7 yang akan naik kelas 8, kegiatan ini menjadi puncak dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Selama pelaksanan projek banyak manfaat yang diperoleh siswa,” ujar Indah Mufidah kepada republikjatim.com, Sabtu (24/06/2023).
Sejumlah manfaat dalam kegiatan ini, lanjut Kasek diantaranya mempertebal keimanan siswa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, menumbuhkan rasa kebhinekaan global, siswa akan termotivasi untuk kreatif, menumbuhkan rasa gotong – royong dan siswa akan menjadi mandiri melaksanakan kegiatannya dengan baik di dalam.
“Karena di luar kelas lebih lebih mengikuti sejumlah even (kegiatan) tertentu di luar menumbuhkan semangat siswa menjadi semakin mandiri,” tegas Indah.
Sementara soal kebhinekaan dan kebersamaan diungkap Letisya siswi kelas VII A. Dia bersama tiga belas temannya menampilkan tarian Wonderland Nusantara.
“Dengan memakai pakaian adat yang berbeda – beda banyak makna yang bisa diambil. Kami menari dengan gerakan bersamaan, kami merasa tidak ada perbedaan dan kami merasa hanya satu Pancasila dan Indonesia,” pungkasnya. (Rto/Hel/Aba)