LIPUTANINSPIRASI, Mojokerto – Dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia Ke-77, Universitas Surabaya (Ubaya) melangsungkan pagelaran wayang Kulit yang dipusatkan di lapangan parkir bus Ubaya Traning Center (UTC), Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (3/9) malam.
Dalam agenda kali ini turut dihadiri, Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, Sinarto, Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati, Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Mojokerto, Norman Handito, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, Yoi Afrida Soesetyo, Ketua Yayasan UBAYA Anton Prijatno, Rektor UBAYA Benny Lianto Effendy Sabema, sekaligus mantan Rektor UBAYA, Joniarto Parung dan Wibisono Hardjopranoto, serta jajaran Dekan UBAYA.
Pagelaran wayang kulit dengan lakon ‘Babat Wonomarto’ ini, dibuka dengan penyerahan gunungan oleh Ketua Yayasan UBAYA, Anton Prijatno kepada dalang Ki Sinarto, yang juga selaku Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur.
Dalam sambutannya, Bupati Ikfina menceritakan lakon Babat Wonomarto yakni, Pandawa yang memutuskan memilih hutan Wanamarta, lantaran tidak tega jika Prabu Dretarastra yang pindah ke Hutan Wanamarta bersama para Kurawa. Apalagi Raden Kurupati sedang mengalami sakit keras. Kendati demikian Raden Kurupati sakit itu, karena takut kehilangan takhta Hastina.
lanjut Ikfina, Raden Puntadewa pun tidak terlalu memikirkan soal takhta. Jika memang kepergiannya ke Hutan Wanamarta bisa membuat Raden Kurupati sehat kembali, maka ia akan sangat bersyukur. Dan Pandawa akhirnya memilih untuk membangun istananya sendiri dengan segala upayanya.
“Cerita Pandawa ini berkesinambungan dengan kemerdekaan Republik Indonesia yang kita miliki saat ini, yang diraih dengan kerja keras dengan satu usaha kerjasama yang sangat luar biasa dan bukan pemberian dari siapapun,” terangnya.
Termasuk segala sesuatu yang diupayakan Pemerintah bangkit dari pandemi saat ini, yang kemudian harus betul-betul komitmen mau dan mampu untuk mengerahkan segala kekuatan dan potensi yang dimiliki.
“Dan Pandowo cerita wayang ini adalah simbol-simbol kebijakan-kebijakan kehidupan manusia. Bagaimana Kemudian dari pewayangan ini kita bisa mengambil hikmah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita,” ucapnya.
Terpisah, Rektor UBAYA, Benny Lianto, juga menceritakan secara singkat tentang lakon Babad Alas Wonomarto (membabad atau membuka hutan Wonomarto) ketika Lima Pandawa memulai membuka hutan yang merupakan kerajaan makhluk halus untuk dijadikan negara, yang kemudian menjadi negara Indraprasta, atau Amarta.
Kemudian, Ia juga menjelaskan bahwa, negara ini pada awalnya merupakan Hutan Mertani (Wonomarto) yakni sebuah hutan belantara yang dikenal angker dan menjadi lokasi para jin berkumpul.
“Hutan ini juga disebut dengan hutan siluman karena seringkali menjadi lokasi para makhluk halus berkumpul,” jelas Benny.
Pagelaran wayang yang menjadi tradisi rutin UBAYA ini, lanjut Benny, agak berbeda dari biasanya, yang sebelumnya sering dilakukan pada saat Dies Natalis UBAYA, tetapi kali ini diselenggarakan dalam rangka HUT Kemerdekaan RI Ke-77.
“Semoga acara ini tidak hanya sebagai hiburan, tetapi kita bosa mengambil nilai-nilai baik, dan saya percaya nilai baik ini bisa menjadi energi baik bagi kita, supaya kita lebih siap menghadapi kehidupan kedepan yang lebih kompleks,” pungkasnya. (Dhn;Foto:Mki;Hsn/Ar/Infokom).