LIPUTANINSPIRASI, Lumajang – Rangkaian prosesi Hari Jadi Lumajang (Harjalu) ke-770 Tahun 2025 dimaknai lebih dari sekadar perayaan budaya. Melalui grebeg gunungan hasil bumi yang digelar di Pendopo Arya Wiraraja, Senin (15/12/2025), Pemerintah Kabupaten Lumajang menegaskan ketahanan pangan sebagai pilar strategis pembangunan daerah yang berpijak pada potensi lokal dan keberlanjutan.
Gunungan hasil bumi yang disusun dari beragam komoditas pertanian unggulan mencerminkan peran sektor pertanian sebagai tulang punggung perekonomian Lumajang. Simbol tersebut merepresentasikan kesejahteraan petani, kemandirian pangan, serta hubungan harmonis antara manusia dan alam yang selama ini menjadi fondasi kehidupan masyarakat.
Bupati Lumajang Indah Amperawati menyampaikan bahwa grebeg gunungan tidak hanya mengandung nilai budaya, tetapi juga pesan kebijakan yang kuat tentang arah pembangunan daerah.
“Gunungan hasil bumi adalah simbol rasa syukur sekaligus pengingat bahwa kekuatan Lumajang bertumpu pada sektor pertanian. Dari tanah inilah kehidupan tumbuh, dan dari petani inilah ketahanan pangan daerah dibangun,” ujar Bupati Lumajang yang akrab disapa Bunda Indah.
Menurutnya, ketahanan pangan tidak dapat dipisahkan dari keberpihakan terhadap petani dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Oleh karena itu, pembangunan Lumajang diarahkan agar tetap menjaga keseimbangan antara peningkatan produksi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan pelaku pertanian.
“Ketahanan pangan bukan hanya soal ketersediaan, tetapi juga tentang keberlanjutan. Kita ingin pertanian Lumajang terus kuat, petaninya sejahtera, dan lingkungannya tetap terjaga,” tegasnya.
Bunda Indah menambahkan bahwa potensi lokal harus menjadi pijakan utama dalam perencanaan pembangunan daerah. Ketika sektor pertanian dikelola dengan baik, Lumajang tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangannya sendiri, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan yang lebih luas.
Grebeg gunungan hasil bumi juga menjadi sarana edukasi publik tentang pentingnya menghargai hasil kerja petani dan menjaga hubungan yang selaras dengan alam. Tradisi ini menghadirkan pesan bahwa pembangunan tidak boleh mengabaikan akar ekonomi masyarakat, melainkan harus tumbuh dari potensi yang dimiliki daerah.
“Melalui tradisi ini, kita ingin menanamkan kesadaran bahwa pembangunan yang kuat adalah pembangunan yang berpijak pada potensi lokal dan dijalankan secara berkelanjutan,” pungkas Bunda Indah.
Peringatan Harjalu ke-770 menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Lumajang untuk menjadikan ketahanan pangan sebagai fondasi pembangunan jangka panjang. Grebeg gunungan bukan hanya simbol budaya, tetapi pernyataan arah bahwa Lumajang tumbuh dan bergerak maju dengan kekuatan alam, kerja keras petani, dan kearifan lokal yang terus dirawat. (MC Kab/ Lumajang/An-m/Kominfo)





