LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Perkembangan teknologi sungguh pesat luar biasa, sehingga semua pergerakan aktivitas masyarakat dilakukan dengan penuh digitalisasi, termasuk juga di dunia pendidikan.
Digitalisasi yang merebak di dunia pendidikan, jangan sampai berkembang liar hingga mempengaruhi terhadap perilaku, karakter para siswa yang notabene remaja produktif, sehingga masih sangat perlu dibentengi dengan norma-norma etika dan agama.
Agar tidak terjadi pengaruh digitalisasi yang merusak pola perilaku siswa. GBL (Gerakan Budaya Literasi) Sidoarjo berupaya membentengi karakter siswa dari pengaruh buruk digitalisasi tersebut dengan menggelar Talkshow Pendidikan bertema ‘Literasi Digital dan Pengaruhnya pada Karakter Murid’ pada Jumat (10/10/2025) siang di Aula SMP Tamaddun Afkar Sidoarjo.
Dengan menghadirkan Kepala Dikbud Sidoarjo Dr. Tirto Adi, M.Pd sebagai keynote speaker sekaligus pemateri dan seorang guru psikologi Zulfah S, S.Psi juga sebagai guru BK.
Ketua GBL Sidoarjo Abdullah Makhrus dalam sambutan pembukaannya mengatakan kalau kegiatan ini diadakan karena keprihatinannya, banyak siswa yang terjebak dalam digitalisasi, terutama berita hoak, tayangan-tayangan hoak yang kurang dicermati. Sehingga banyak anak-anak yang tertipu, terjebak di dalamnya.
Oleh karena itu saya berpesan manfaatkan kegiatan ini dengan sebaik-baiknya, simak materinya dengan baik. “Dengan pengalaman ikut kegiatan ini, semoga nanti bisa menggunakan HP dengan bijak, tidak terjebak oleh kecanggihan teknologi,” pesannya.
Kepala Dikbud Sidoarjo Tirto Adi menengaskan, untuk kemampuan membaca, khususnya pelajar Indonesia itu justru mengalami penurunan. Kenapa, ini terjadi dugaan sementara salah satu penyebabnya adalah makin maraknya Literasi Digital.
“Makanya hari ini akan kita bedah faktor-faktor apa yang bisa kita ambil, faktor-faktor apa yang bisa kita hindari dengan kemajuan Literasi Digital,” tegas Tirto Adi.
Ia katakan, di Sidoarjo ini telah mengembangkan 6 literasi dasar itu secara simultan. Mulai dari literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi keuangan dan literasi budaya.
Tahun ini Dinas Dikbud Sidoarjo sedang menyiapkan untuk fokus di pengembangan literasi sains jadi menstimulasi murid-murid SD murid-murid SMP, terutama untuk menjadi calon-calon saintis, calon-salon ilmuwan baru. “Kalau literasi baca tulis, Alhamdulillah sudah kuat literasi keuangan sudah kuat, literasi digital sudah kuat. Setiap tahun fokusnya bergantian,” katanya.
Mari kita bersama-sama menggelorakan gerakan budaya literasi, sehingga nanti literasi di Kabupaten Sidoarjo benar-benar menggelinding terus.
“Kalau tujuan atau sasaran akhirnya adalah membangun masyarakat yang literat, masyarakat Sidoarjo yang literat menguasai informasi secara luas. Yang lebih penting bisa memilah dan memilih informasi itu untuk kemaslahatan hidup dan kehidupan,” terangnya.
Literasi digital ini jangkauannya sangat luas sekali, oleh karena itu nilai-nilai etika atau norma itu tetap harus menjadi satu pedoman dasar, sering disebut sebagai digital etik.
Jangan sampai karena HPnya bagus, fasilitasnya bagus, namun dalam memanfaatkan literasi digital ini tanpa mengindahkan nilai-nilai etika atau nilai-nilai moral. Sudah banyak contohnya, banyak orang menjadi korban dari penggunaan literasi digital yang tidak terkendali, atau yang tidak terkontrol.
“Ini tugas guru untuk mendampingi bila di sekolah, dan tugas ayah bunda di rumah untuk mendampingi anak-anaknya saat bermain HP. Semoga anak-anak tidak terpengaruh buruknya digitalisasi, tetap menggunakan HP dengan etika dan norma,” pintanya.(mad/aba)