LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo — Dalam mengimplementasikan pembelajaran Literasi Keuangan dengan tajuk ‘Cha Ching Curriculum 2025’ yang diselenggarakan oleh Perpusnas RI, pada (7/10/2025) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Sidoarjo meraih penghargaan ‘Innovation and Financial Education 2025’.
Menariknya guru di Kabupaten Sidoarjo juga mendominasi, sehingga ada 9 guru SDN yang mendapatkan sertifikat internasional. ‘Long Service Award Dalam Implementasi Cha Ching Curriculum 2025’.
Mereka adalah, Sumiyatiniarti,S.Pd guru SDN Wonoplintahan 2, Supriyantini, S.Pd guru SDN Kedungwonokerto, Arini Pratita Ningrum, S.Pd guru SDN Trosobo 2, Umi Cholidah, S.Pd SD guru SDN Geluran 1, Hanum Indayati, S.Pd guru SDN Kedusolo, Dartiningsih, S.Pd SD guru SDN Wonoplintahan 2, Sri Hariani, S.Pd SD guru SDN Sidoklumpuk, M. Zaenal Fanani, S.Pd guru SDN Cemengkalang dan Astuti Indah Yati, S.Pd SD guru SDN Bluru Kidul 2 Sidoarjo.
“Jadi yang membanggakan, kalau dari 9 guru tersebut bila ditarik, dibutuhkan untuk mengajar di luar negeri, Malaysia, Hongkong atau yang lainnya, mereka sudah siap,” tutur Kepala Dikbud Sidoarjo Dr. Tirto Adi, M.Pd. pada (10/10/2025) pagi.
Lebih jauh diterang oleh Pak Tirto_sapaan akrabnya, kalau Literasi Keuangan dalam konsep Cha Ching Curriculum ini sasarannya siswa kelas tiga ke atas, dan sudah dilakukan di semua sekolahan jenjang SD. “Ada 4 tahapan, pertama bagaiman cara anak-anak mendapatkan uang/saku. Kedua cara mengelolanya, ketiga cara membelanjakannya dan yang keempat sosial atau sodaqoh jariyah,” terangnya.
Uraiannya, pertama, bagimana murid-murid cara mendapatkan uang, setelah uang itu diperoleh lalu ditabung, di SDN Sidoarjo anak-anak yang punya tabungan/celengan itu sudah banyak sekali, imbas dari pembelajaran Literasi Keuangan ini.
Yang lebih hebat lagi berikutnya adalah dibelanjakan, dalam proses membelajakannya tidak seuai keingingan, tetapi sudah punya konsep, yakni kebutuhan atau ada skala prioritas.
Dan yang keempat adalah menyumbang, jadi anak-anak ini juga diajari bahwa uang yang dimiliki itu tidak semuanya miliknya, tetapi ada sebagian milik teman-temannya yang kurang mampu.
“Makanya dalam penerapan Literasi Keuangan ini anak-anak sudah diajari sikap bersosial, sodaqoh jariyah,” tutur Pak Tirto yang juga sebagai Bapak Literasi Sidoarjo.
Menurutnya, sebelum mengerti konsep Literasi Keuangan ini, uang saku mereka dihabiskan buat jajan. Setelah mendapatkan pengetahuan ini, akhirnya ada perubahan perilaku. Saat menerima uang saku tidak dihabiskan semua, tetapi dikelola.
Jadi di semua SD Sidoarjo itu sudah menjalankan program tersebut, sehingga akhirnya ada 9 guru SD Neger yang terpilih untuk mendapatkan penghargaan.
“Dengan keberhasilan ini, ada Dikbud dari beberapa daerah menimba ilmu di Sidoarjo, termasuk DKI juga berguru ke Sidoarjo,” pungkasnya.(mad/aba)