Oleh : Moh. Ibnu Athoillah*
Pada malam tanggal 7 hingga dini hari 8 September 2025, langit Indonesia dihiasi oleh peristiwa langka: Gerhana Bulan Total. Fenomena ini dimulai pukul 23.26 WIB dan mencapai puncaknya pada pukul 01.12 WIB, sebelum berakhir sekitar pukul 03.56 WIB. Di berbagai wilayah, termasuk Surabaya, masyarakat berkumpul untuk menyaksikan langsung gerhana ini, yang berlangsung selama lebih dari tiga jam.
Dalam pandangan Islam, gerhana bulan bukanlah pertanda buruk atau dikaitkan dengan kematian atau kelahiran seseorang. Sebaliknya, ia adalah sunnahtullah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Gerhana merupakan salah satu dari sekian banyak tanda kekuasaan-Nya atas semesta. Allah berfirman dalam Al-Qur’an bahwa matahari dan bulan berjalan menurut perhitungan yang telah ditentukan, sebagai bukti keteraturan ciptaan-Nya. Dan diperjelas oleh Rasulullah SAW Bersabda
إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَا يَكْسِفَانِ لِمَوْتِ اَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ تَعَالَى فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا وَصَلُّوا
Artinya: Sungguh, gerhana matahari dan bulan tidak terjadi sebab mati atau hidupnya seseorang, tetapi itu merupakan salah satu tanda kebesaran Allah Ta’ala. Karenanya, bila kalian melihat gerhana matahari dan gerhana bulan, bangkit dan shalatlah kalian. (HR Bukhari-Muslim).
KH Mas Khotib Asrori, M.Si, dalam kajian gerhana di PWNU Jawa Timur, menyampaikan bahwa gerhana adalah momen reflektif. “Gerhana bukan sekadar fenomena astronomi, tetapi panggilan untuk memperbanyak istighfar, sedekah, dan mendekatkan diri kepada Allah melalui Salat Khusuf,” ujarnya.
Islam menganjurkan umatnya untuk tidak melihat gerhana dengan rasa takut, melainkan dengan kesadaran spiritual. Rasulullah SAW sendiri mencontohkan pelaksanaan Salat Khusuf saat terjadi gerhana, sebagai bentuk penghambaan dan pengingat akan kebesaran Allah. Selain itu, dianjurkan pula memperbanyak sedekah dan doa, sebagai wujud kepedulian sosial dan pengharapan akan rahmat-Nya.
Gerhana bulan total kali ini bukan hanya menjadi tontonan langit, tetapi juga menjadi panggilan hati. Di tengah gelapnya bayangan bumi yang menutupi bulan, umat diajak untuk menyalakan cahaya iman melalui ibadah dan introspeksi.
* Pengasuh “Majlis Taman Surga” Sidoarjo