LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— SMP Negeri 1 Sedati kembali menunjukkan komitmennya dalam melestarikan budaya Indonesia melalui pelaksanaan kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Dengan mengusung tema “Kearifan Lokal” dan subtema “Membatik Secara Kolosal”, kegiatan ini melibatkan seluruh siswa, termasuk siswa penyandang disabilitas, untuk belajar dan berkreasi dalam seni membatik.
Kepala SMP Negeri 1 Sedati Ratna Diyah Mustikawati, S.Pd M.Pd menuturkan kalau proses membatiknya dimulai dari langkah awal hingga menghasilkan kain batik yang siap digunakan. Para siswa terlebih dahulu menggambar desain motif batik di atas kertas sesuai dengan kreativitas masing-masing. Setelah itu, motif tersebut dipindahkan ke kain sebagai media utama.
“Tahapan berikutnya adalah mencanting, yakni proses menggambar motif batik menggunakan malam (lilin batik) dengan canting, alat tradisional khas membatik. Selanjutnya, kain diberi warna sesuai desain yang telah dibuat, kemudian melalui proses pelorodan untuk menghilangkan malam, hingga akhirnya menjadi kain batik yang siap digunakan. Rangkaian kegiatan membatik tersebut selain didampingi oleh guru SMP Negeri 1 Sedati juga ada pendampingan dari SMK Negeri Jabon, yang telah 3 tahun ini kerjasamanya terjalin dengan baik,” tuturnya pada (10/1/2025) siang.
Lanjutnya, untuk motif batik yang digunakan memiliki keunikan tersendiri, yakni tanaman sawi dan kapal. Tanaman sawi dipilih sebagai ikon karena SMP Negeri 1 Sedati merupakan sekolah Adiwiyata Nasional yang memiliki kebun tanaman sawi dan berkomitmen pada pelestarian lingkungan. Sementara itu, motif kapal mencerminkan lokasi sekolah yang berada di lingkungan Perumahan Dinas TNI Angkatan Laut, sehingga mengangkat identitas lokal yang khas.
Menurutnya, yang menjadikan kegiatan membatik ini istimewa adalah hasil karya kain batik siswa ini tidak hanya menjadi simbol kreativitas, tetapi juga akan digunakan sebagai seragam sekolah yang dipakai setiap hari Jumat. “Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memberikan pengalaman belajar yang berharga, tetapi juga menanamkan rasa bangga siswa terhadap budaya lokal,” terang Bu Ratna_sapaan akranya.
Ia katakan, kegiatan ini juga dirancang inklusif dengan melibatkan siswa penyandang disabilitas. SMP Negeri 1 Sedati menyediakan fasilitas khusus untuk memastikan seluruh siswa dapat berpartisipasi. Dengan didampingi oleh Shadow Teacher atau pendamping khusus, siswa penyandang disabilitas mengikuti proses membatik sesuai kemampuan mereka. Pendekatan ini tidak hanya memberikan pengalaman baru bagi para siswa, tetapi juga memperkuat semangat kebersamaan dan inklusi di lingkungan sekolah.
Bu Ratna tegaskan, kegiatan membatik ini mengembangkan berbagai nilai karakter pada siswa, seperti kesabaran, kedisiplinan, kreativitas, kerja sama, dan kepedulian terhadap lingkungan. Melalui proses yang penuh detail dan ketelitian, siswa dilatih untuk bersabar dan disiplin dalam menyelesaikan setiap tahap membatik. Kreativitas juga menjadi aspek utama, karena siswa diberi kebebasan untuk mendesain motif batik mereka sendiri. Selain itu, kerja sama terlihat dari semangat gotong royong antara siswa dalam saling membantu, termasuk mendukung teman-teman penyandang disabilitas, sangat selaras dengan dimensi Profil Pelajar Pancasila.
Melalui kegiatan P5 dengan kegiatan Membatik ini, SMP Negeri 1 Sedati berhasil memadukan pembelajaran berbasis proyek dengan upaya pelestarian budaya. Para siswa tidak hanya belajar keterampilan membatik, tetapi juga memahami nilai-nilai budaya lokal yang kaya. Selain itu, kegiatan ini memperkuat nilai-nilai Pancasila, seperti gotong royong, kebersamaan, dan rasa cinta tanah air.
“Dengan antusiasme yang tinggi dari para siswa dan dukungan penuh dari pihak sekolah, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk terus melestarikan budaya lokal melalui pendidikan,” harap Bu Ratnya.(mad/aba)