LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo — Pemerintah pusat sangat serius untuk memberikan lasayan kesehatan kepada rakyatnya, terutama dalam mencegah terjadinya stunting. Seperti yang telah dilakukan oleh Anggota Komisi IX DPR RI bersama BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional), pada Jumat (2/2/2024) di Aula PT Karya Bintang Mandiri, Desa Kemangsen Kec. Balongbendo Sidoarjo.
Yaitu sebuah Sosialisasi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Bangga Kencana Bersama Mitra, yang prosesi pembukaannya dilakukan oleh Anggota Komisi IX DPR RI H. Sungkono, dengan menghadirkan pemateri dari Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Fonny Indri Hartanti, S.Psi M.Psi dan Kabid KB P3AKB Sidoarjo Rachmad Satrijawan.
H. Sungkono meminta kepada warga masyarakat agar sosialisasi ini betul-betul dimanfaatkan dengan baik, agar nantinya bisa membina dan memprogram kondisi keluarganya dengan baik, jangan sampai ada yang terjadi stunting.
Disamping itu saya juga berharap kepada masyarakat di keluarganya terdapat dua anak saja cukup. Sehingga bisa mendidik anak-anak yang berkualitas, dari pada mempunyai banyak anak namun tidak tidak berkualitas. “Perhatikan gizi dan nutrisinya, pendidikan dan kesehatannya. Kalau kondisi itu bisa direncanakan sejak awal, kemungkinan terjadi stuting itu sangat kecil,” harap Sungkono.
Sementara itu, Fonny Indri Hartanti juga banyak mengulas tentang program-program BKKBN yang langsung menyentuh masyarakat. Diantaranya mengedukasi tentang perencanaan kapan menikah dengan waktu yang tepat, merencanakan jumlah anak, jarak kelahiran. Kenapa hal itu perlu dipikirkan akar anak-anak kita lebih sukses dari kita, termasuk sekolahnya harus lebih tinggi dari orang tuannya. “Itulah yang perlu direncanakan oleh hadirin yang mayoritas para ibu-ibu,” jelasnya.
Menurut, Kabid KB P3AKB Sidoarjo Rachmad Satrijawan menjelaskan kenaikan stunting di wilayah Sidoarjo dikarenakan masih banyaknya jamban-jamban liar di pinggir sungai. Jadi masyarakat masih ada yang belum mengerti efek dari kondisi tersebut. Termasuk juga masih rendahnya remaja putri saat mendapatkan tambahan minuman vitamin. “Mereka hanya sedikit sekali yang mau mengkonsumsi vitamin-vitaman tambah dari waktu haid dari pemerintah,” jelasnya.
Lanjutnya, selain foktor sanitasi, juga masih adanya masalah nikah muda, atau yang lebih dikenal dengan pernikahan dini. Karena pernikahan dini remaja putri yang usianya kurang 21 tahun akan mengalami kesulitan waktu melahirkan, sehingga akan berpengaruh terhadap stunting. “Tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), serta memberikan asupan gizi yang baik usai melahirkan,” jelas Rachmad Satrijawan.(mad/Aba)