LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Di tengah gempuran teknologi digitalisasi yang sangat luar biasa sekarang ini, dalam mengenalkan sejarah Indonesia kepada para siswa tidak cukup dengan tulisan atau bahkan dengan cerita saja. Tetapi harus dengan kegiatan nyata, gerakan nyata. Bahkan kalau perlu dilakukan sendiri oleh peserta didiknya.
Itulah yang dilakukan SD Nufi (Nurul Fikri) Jl.Raya Saimbang, Desa Kebonagung Sukodono Sidoarjo. Yakni dengan menggelar karya siswa bertemakan ‘The Road of Infonesian Independence’ yang dibuka langsung Ketua Yayasan Pondok Pesantren Ath Thoyyibah, KH.Syiful Arifin, SS, M.Pd didampingi Kepala SD Nufi Siti Maemunah, S.Pd Sabtu (27/1/2024) di Fave Hotel Sidoarjo.
Kepala SD Nufi ‘Global Quranic School’ Sukodono, Siti Maemunah menjelaskan kalau kegiatan ini merupakan perwujudan dari P5 (Projek Penguaran Profil Pelajar Pancasila) bagi siswa kelas 4 dan kelas 5. Kali kita mengambil cerita tentang sejarah bangsa Indonesia, mulai sebelum merdeka hingga setelah merdeka. Semuanya diperankan oleh anak-anak, dengan diperankan oleh anak-anak, bahkan mereka sudah terlihat menjiwai dalam peran teaternya.
Rangkaian acaranya diawali dengan pemutaran video trailer dan beberapa cuplikan video tentang perjuangan, jadi tidak seperti telenovela, film India, kungfu cina atau drakor tapi perjuangan Indonesia adalah cerita panjang merebut kemerdekaan.
Dalam adegan kerajaan pada proses perang Diponegoro
“Adegannya melipugi, perang melawan Belanda, perlawanan Pengeneran Diponegoro dan perjuangan emansipasi wanita, RA Kartini, Sumpah Pemuda, perang melawan Jepang, Kemerdaan, dilanjut kedatangan sekutu dan Inggris, juga termasuk adegan peristiwa Surabaya 45 yang dikenal dengan perjuangan arek-arek Surabaya. Diakhiri dengan perkusi unstoppable (tidak ada yang bisa menghentikan, kami kuat dan tidak lemah),” terang Sisi Maemunah.
Kepala Yayasan Pondok Ath Thoyyibah yang menaungi SD Nufi Ustadz Syaiful Arifin memberikan apresiasi yang sangat tinggi kepada para ustadz-ustadzah masih sempat menjadi pendamping yang sangat luar biasa. Di sela-sela kesibukan mengajar masih sempat membimbing dan mendampingi anak-anak hingga bisa tampil sangat luar biasa. “Saya apresiasi sekali kepada ustad-ustazah, semoga ilmu terus bermanfaat untuk membentuk karakter peserta didik dengan baik,” apresiasi Ustad Arifin_sapaan akrabnya.
Lanjutnya, anda lihat sendiri kan, ekspresi anak-anak sudah luar biasa, sudah menjiwai, dalam gelaran teater percakapannya juga sudah lancar tanpa di dubing. Ini sungguh hasil kerja keras para pendampingya. Oleh karena itu saya bangga sekali, apalagi mengajari anak-anak tentang sejarah itu masih sangat relevan, di tengah gempuran teknologi yang sangat modern. “Jadi anak-anak harus tetap tahu, bagaimana perjuangan pahlawan kita habis-habisan untuk meraih kemerdekaan,” terangnya.
Perang Diponegoro
“Harapan saya, kegiatan-kegiatan seperti ini harus tetap diteruskan. Teknologi juga tetap diikuti, sejarah jangan ditinggalkan. Kami dari dari yayasan selalu mensupport, bahkan nantinya yayasan akan memberikan sertifikasi kepada mereka, agar anak-anak terus bersemangat meningkatkan kreasi dan inovasinya,” harapnya.(mad/Aba)