LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo— Keberadaan angka stunting di wilayah Sidoarjo masih mengalami peningkatan, dari angka 14 persen naik menjadi 16 persen. Agar kondisi tersebut tidak bertambah, Anggota Komisi IX DPR RI memberikan edukasi kepada warga Desa Sumberejo RT 18/RW 4 Perumahan Villa Jasmine 2 Kec Sukodono Sidoarjo, pada Senin (22/1/2024) pagi.
Kehadiran Dr. Arzeti Bilbina, M.A.P disambut luar biasa oleh warga, mereka berebut untuk saling berjabat tangan, juga berswafoto bersama politisi PKB tersebut, yang sekaligus dalam rangka membuka acara Sosialisasi KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) Bangga Kencana Bersama Mitra, program BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).
Arzeti jelasknya, bahwa penyebab terjadinya stunting adalah belum adanya kesadaran ibu-ibu untuk melakukan inisiasi sejak dini. Memberikan ASI eksklusif minimal 6 bulan tanpa ditambahkan makanan yang lain. Jadi selama 6 bulan, bayi harus murni diberi ASI saja, agar tidak terjadi stunting.
“Yang tidak kalah pentingnya lagi adalah mencegah dan menginformasikan agar tidak melakukan pernikahan dini. Oleh karena itu, dalam prosesi pernikahan untuk langkah pertama yang harus disiapkan adalah mempersiapkan fisik, reproduksi dan kesehatannya. Khususnya bagi si perempuan. Jadi tiga belan sebelum menikah harus periksa kesehatannya terlebih dahulu,” jelas Arzeti.
Sebelumnya, dr. Palupi Sesotyorini, M.Kes dari Bidang KB BKKN Jawa Timur juga memberikan pencerahan kepada warga agar terus melakukan pencegahan terhadap kasus stuting. “Diantaranya bagaimana cara pencegahannnya, faktor penyebabnya, juga bagaimana cara mengatasinya seandainya sudah terjadi stunting. Jadi untuk pencegahan stuting itu sebenarnya ada disetiap level kehidupan, makanya pesertanya juga dari mulai remaja hingga ibu-ibu,” katanya.
Menurut, Kabid KB Sidoarjo Rachmad Satrijawan menjelaskan kenaikan stunting di wilayah Sidoarjo dikarenakan masih banyaknya jamban-jamban liar di pinggir sungai. Jadi masyarakat masih ada yang belum mengerti efek dari kondisi tersebut. Termasuk juga masih rendahnya remaja putri saat mendapatkan tambahan minuman vitamin. “Mereka hanya sedikit sekali yang mau mengkonsumsi vitamin-vitaman tambah dari waktu haid dari pemerintah,” jelasnya.
Lanjutnya, selain foktor sanitasi, juga masih adanya masalah nikah muda, atau yang lebih dikenal dengan pernikahan dini. Karena pernikahan dini remaja putri yang usianya kurang 21 tahun akan mengalami kesulitan waktu melahirkan, sehingga akan berpengaruh terhadap stunting. “Tidak kalah pentingnya adalah memperhatikan 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan), serta memberikan asupan gizi yang baik usai melahirkan,” jelas Rachmad Satrijawan.
Sementara itu menurut tuan rumah, yang juga sebagai Ketua Bank Sampah Berkah Mandiri, Siti Mamlu’atul Lutfiyah menjelaskan kalau pihaknya telah mengundang sebanyak 180 warga sekitar. Mereka terdiri dari para Kader KB, Kader PKK, Kader Lansia, Kader Balita juga para penyuluh.
“Saya harap mereka bisa memanfaatkannya dengan baik, karena bisa bisa mendapatkan ilmu tentang pencegahan stunting. Ini kesempatan langka dan semoga bermanfaat bagi warga sekitar,” harapnya.(mad/Aba)