LIPUTANINSPIRASI, Menjadi penghafal Al Quran, cita-cita yang tidak pernah terpikir olehku. Karena menurutku untuk menjalankannya sangat tidak mudah. Tapi memang sudah janjiku dari awal kelas 9 untuk menjadi tahfidz. Membuatku semangat dan bangkit untuk melaksanakannya.
Dukungan moral, support dari orang tua (bunda dan abi), serta doa dari teman-teman semua yang selalu bersama mengiringiku, merupakan tambahan energy yang luar biasa. Sehingga aku berhasil menjadi tahfidz Al Quran hingga 30 juz, sesuai targer harus tuntas saat di bangku SMP. ‘Aku mungkin tidak dapat menyelesaikannya tanpa bantuan dari orang-orang tercinta disekelilingku.’
Ia mengaku untuk menjadi tahfidz itu sangat sulit dan berat dan pasti dialami. Namun ada saat-saat dimana hanya bisa menangis, terutama ketika bertemu ayat-ayat yang sulit untuk dihafalkan. Berkat dukungan orang tau dan doa teman-teman aku tidak mau menyerah. Aku juga selalu ingat janjiku pada diriku sendiri dan janjiku pada kedua orangtuaku. Aku yakin Allah akan memberikan pertolongan dan kemudahan padaku.
Ia ceritakan, pelajaran Al Qurani di SMP kali ini sangat berbeda dengan angkatan sebelumnya. Karena kali ini seluruh siswa-siswi kelas 9 SMP wajib memurojaah hafalan yang sudah dimiliki. Kelas tahfidz kali ini bertambah 1 yaitu kelas, yaitu kelas takhosus. Di kelas tahkosus ini siswa-siswi diajar langsung oleh Waka Al Quran.
Tanggal 23 Juli mulai masuk dalam kelas takhosus, yang terdiri dari 12 anak. Hari pertama pembelajaran kami diberi 2 pilihan yaitu, ingin memurojaah atau menuntaskan 30 juz. Saat itu beberapa temanku memilih untuk memurojaah hafalan. Sedangkan 6 yang lain, termasuk aku memilih untuk menuntaskan 30 juz. Aku tidak tahu mengapa saat itu, aku memutuskan untuk menuntaskan 30 juz. Memang sejak SD aku selalu meniatkan dalam hati bahwa akan menuntaskan 30 juz sebelum SMA, ya walaupun terkadang sering merasa pesimis.
Perjuanganku menuntaskan 30 juz pun dimulai, awalnya hanya menambah hafalan 4 halaman dalam seminggu, namun pada bulan Agustus salah satu temanku yang pilihannya sama denganku berhasil menuntaskan 30 juz nya. Bulan berikutnya, satu temanku kembali berhasil menuntaskan 30 juz, hingga akhirnya tersisa 4 teman termasuk aku yang masih terus berjuang.
Saat itulah hatiku mulai tergerak untuk menambah hafalan minimal 7 halaman dalam seminggu. Sebenarnya melelahkan, karena aku harus menambah hafalan dihari libur, dan itu artinya aku harus mengorbankan sebagian waktu santaiku untuk menambah hafalan, namun aku harus tetap semangat.
Sudah hampir 1 semester aku habiskan untuk menambah hafalan, melewati berbagai cobaan. Dari situ mulai yang kebingungan membagi waktu antara hafalan dan mengerjakan tugas, yang endingnya hanya bisa menangis.
Akhir semester 1, awal bulan Januari, hafalan sudah sampai juz 22 atau 25 juz, dan itu artinya masih harus berjuang untuk menuntaskan 5 juz terakhirku. Capaian hafalan yang sama. Aku mulai terbiasa dengan rutinitasku menambah hafalan. Tidak terlalu istiqomah, namun aku yakin kalau akan melakukannya dengan serius dan sungguh-sungguh Insya Allah hasilnya tidak akan mengecewakan.
Betul, pada pertengahan Maret hafalanku kurang 1 juz lagi, aku sama sekali tidak menyangka. Padahal sebelumnya saya mengira akan sulit menuntaskannya sebelum SMA. Menjelang bulan Ramadhan, 2 temanku berhasil menuntaskan 30 juz, hingga tersisa kami ber-2. Aku semakin terpacu untuk terus berusaha dan berjuang habis-habisan membuang rasa malasku untuk menyelesaikan hafalanku sebelum Ramadhan.
Tepat di bulan Ramadhan hari ke-20, aku berhasil menyetorkan hafalan terakhirku, seperti sedang membaca buku cerita, namun kali ini akulah tokoh utamanya. Aku tidak dapat menangis saat itu, hanya terdiam dengan perasan gembira yang bergejolak di dalam hati. Rasanya sulit menggambarkan perasaanku saat itu.
Ramadhan tahun ini adalah Ramadhan terindah dalam hidupku, karena aku bisa memberikan kado spesial untuk kedua orangtuaku. Alhamdulillah terimakasih ya Allah, perjuanganku masih panjang, karena aku harus tetap istiqomah menjaga dan memurojaah hafalanku.(*)
*) Penulis adalah Siswi Kelas IX 3 SMP Islam Terpadu Insan Kamil Sekardangan Sidoarjo – seperti yang dikirim ke Radar Jatim