LIPUTANINSPIRASI,Sidoarjo – MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) di SMA Negeri 1 Wonoayu Sidoarjo pada peserta didik barunya diperkenal dengan Sekolah Adi Wiyata. Karena Adi Wiyata merupakan salah satu kegiatan yang bermanfaat dan membuat lingkungan lebih baik serta lebih sejuk.
Kondisi tersebut dituturkan Kepala SMA Negeri 1 Wonoayu, Drs. H. FA Nurseno, M.Pd usai pembukaan apel pagi, pada Senin (17/7/2023) di halaman sekolah.
Ia tuturkan dalam proses belajar mengajar itu bukan hanya fokus pada pembangunan fisik/gedung saja, tetapi lingkungan ini juga sangat penting. Harus kita perhatikan, bagaimana keberadaan ekosistemnya. Jadi kita ini juga turut bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan sekolah. “Semua itu ada di program Adi Wiyata. Oleh karena itu anak-anak kita bekali dengan pengenalan kondisi lingkungan sekolah ini. Jika kamu mencintai yang di atas bumi, maka yang di atas langit juga akan mencintaimu,” tuturnya.
“Inilah yang harus kita terapkan, bahwa Adi Wiyata ini sangat-sangat bermanfaat untuk kehidupan kelak. Memang secara mendadak belum dapat kita rasakan manfaatnya, tetapi kalau untuk long time itu sangat bermanfaat sekali,” tegas Abah Seno_sapaan akrabnya.
Sementara itu, dalam program MPLS ini kami tidak lagi menggunakan simbolis pelepasan balon tetapi kami menggunakan simbolis pelepasan burung. Karena dengan burung ini anak-anak nantinya setelah lulus dari SMAN 1 Wonoayu ini bisa terbang lepas kemana-mana bagaikan burung. “Mereka bisa terbang tinggi, bisa terbang jauh dengan segala keilmuannya. Kalau secara Adi Wiyata akan lebih ramah kembali ke alam, sangat berbeda dengan balon yang mengotori udara,” jelas Abah Seno.
Waka Kesiswaan SMA Negeri 1 Wonoayu Sri Supartini, S.Pd juga menambahkan kalau MPLS di sekolahnya juga mengedepankan tentang kearifan lokal. Kegiatannya diantaranya dimulai dengan apel pagi, memperkenalkan tenaga pendidik, juga pelepasan burung, penanaman pohon juga membuat Boneka dan Panahan.
Dilanjutkan dengan pencabutan Pohon Singkong dan Umbinya untuk dibuat srawut dan tangkainya dibuat boneka/wayang. Untuk proses pembuatan Boneka/Wayang dari Daun Singkong dan Panahan dari Bambu dilakukan di depan masjid dan lorong kelas. “Selama proses pembuatan poin 3 ditampilkan tarian Banjar Kemuning. Terakhir singkong dibuat srawut dalam takir untuk suguhkan,” jelas Sri Supartini.(mad)