LIPUTANINSPIRASI, Surabaya – Jawa Timur memiliki 2.229 pasar yang berpotensi untuk dikembangkan agar bisa melakukan penjualan secara online. Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur, Mohammad Gunawan Saleh, mengatakan hal ini dalam kegiatan Roadshow Klinik usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), di pasar Sememi, Kecamatan Benowo, Surabaya, Minggu (9/7/2023).
Dalam kesempatan ini, Gunawan pun turut memberikan apresiasi kepada Grab yang telah membantu terkait dengan penjualan secara online. “Tentunya ini berkat hikmah dari adanya pandemi. Pola pedagang berubah dari yang awalnya bisa langsung datang ke pasar menjadi tidak boleh bertatap muka, dan Alhamdulillah dari pihak Grab memfasilitasi dengan penjualan secara online,” kata Gunawan melalui rilis Humas Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur (Diskop-UKM Jatim), (10/7/2023).
Diskop-UKM Jatim turut berpartisipasi dengan membuka meja layanan untuk pendaftaran merek, sertifikasi halal, dan pendampingan pembuatan Nomor Induk Berusaha (NIB) untuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Menteri Koperasi dan UKM RI, Teten Masduki menutup sesi kunjungannya ke pasar Sememi ini dengan datang ke meja layanan Diskop-UKM Jatim tersebut. Menteri Teten juga berdiskusi dan mendengarkan aspirasi beberapa pedagang di Pasar Sememi terkait perkembangan usaha sejak bermitra dengan Grab Indonesia melalui layanan Grab Mart.
Adapun Sekretaris Kota Surabaya, Ikhsan yang mewakili Wali Kota Surabaya mengatakan di Kota Surabaya ada 12 pasar yang dikelola oleh Dinas Koperasi, 62 pasar dikelola oleh Lembaga Ketahanan Masyarakat Kelurahan (LKMK), dan 67 pasar dikelola oleh PD Pasar.
“Kita ada program namanya e-peken, sesuai arahan Pak Wali bahwa kita harus menjaga agar pasar-pasar tradisional di kampung-kampung itu bisa tetap hidup. Waktu awal percontohan yang berjalan sudah 2 tahun ini, kami ASN di kota Surabaya harus belanja di e-peken, belanja barang-barang kebutuhan sehari-hari pindah toko, kalau dulu suka belanja di Supermarket maka sekarang belanjanya di toko dekat rumah masing-masing,” terang Ikhsan.
Tentunya, kata Ikhsan, ada potensi kerja sama dengan Grab karena toko-toko itu melakukan pemesanan secara online. “Terkait dengan standar harga, kami kerja sama dengan PIS atau Pasar Induk Sidotopo. Pesanan dari masing-masing toko kemudian dikumpulkan, nanti dari PIS-nya mengantarkan. Untuk inflasi tiap hari Senin kita dikontrol dan kualitasnya agar terstandar,” jelas Ikhsan.
Adapun Neneng Goenadi dari Grab mengatakan ada beberapa hal yang sudah dilakukan oleh Grab Indonesia untuk para pelaku UMKM. “Pertama adalah Grab percaya bahwa UMKM akan terus berkembang di Indonesia, sehingga sejak pandemi kami senantiasa berinovasi, salah satunya yaitu lahirnya Grab Mart ini,” terangnya.
Kedua, membuka Grab Akademi yang mengedukasi para pelaku UMKM dalam hal fotografi, finansial, dan marketing. Kemudian menyediakan payment digital melalu Qris dan OVO.
“Ke depannya kepada para pedagang yang membutuhkan tambahan modal kami ada namanya Cash Advance. Ini baru dan murah, ini dilihat dari merchant itu bagaimana performanya. Jadi agar mereka tidak semena-mena ambil uangnya. Namun dilihat dari historisnya seperti apa. Sampai dengan saat ini kami sudah ada di 26 kota yang mendigitalisasi pasar dan sudah ribuan pedagang pasar,” pungkas Neneng. (idc/s/Kominfo/Humas)