LIPUTANINSPIRASI,Sidoarjo — “Dan bacalah Al Quran dengan tartil (baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid)”. (Q.S. Al-Muzamil : 4). Upaya mengamalkan ayat tersebut, 1000 Guru Al Qur’an se Kabupaten Sidoarjo mengikuti sosialisasi penguatan program pasca Tartil yaitu Tahfidz dan Turjuman Al Qur’an, yang diselenggarakan oleh UMMI Sidoarjo, pada (14/5/2023) di Masjid Agung Sidoarjo.
Diawali dengan tadarusan bersama juz 30, dilanjutkan pemberian materi Tahfidz dan Turjuman. Baihaqi selalu pemateri mengatakan bahwa sekarang banyak lembaga yang mempunyai program Tahfidz, namun hasilnya belum maksimal. “Maka perlu ada standarisasi pengajarannya, supaya hasilnya bisa maksimal,” ungkap Baihaqi.
Selain itu, perlu juga ada pengembangan pembelajaran Al Qur’an, tidak hanya membaca tetapi juga mampu menterjemahkan Al Qur’an secara Lafdziyah maupun kalimat, serta memahami intisari hasil pembelajaran Al Qur’an bisa sempurna.
Ketua UMMI Sidoarjo Iswahyudi mengatakan, dalam memberi pelayanan terbaik adalah komitmen UMMI Sidoarjo, sebagai salah satu konsultan pendidikan di bidang Al Qur’an. Hal tersebut dilakukan dalam upaya menjadikan lembaga pengguna metode UMMI menjadi yang terdepan dalam pengembangan Al Qur’an,” katanya.
Menurutnya, pengguna Ummi yang tersebar di Sidoarjo sekitar 234 lembaga. Makanya pelayanan dalam pembelajaran Al-Quran perlu terus kami tingkatkan dengan meng-upgrade kemampuan guru melalui sosialisasi seperti sekarang ini.
Lanjutnya, jadi semua metode dalam pembelajaran Al Qur’an itu memiliki tujuan yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi yang ingin belajar Al Qur’an. Suatu metode memiliki pengaruh yang sangat besar pada keberhasilan, kesuksesan dan ketuntasan dalam setiap tahapan pembelajaran. “Oleh karena itu, sebuah metode wajib dikuasai oleh seorang guru Al-Qur’an agar menghasilkan outcome yang berbasis mutu,” jelas Baihaqi.
Ia jelaskan, metode pengajaran yang mengambil filosofi dari kata Ummi/Ibu, ada tiga prinsip yang perlu diperhatikan filosofi yang perlu diperhatikan;
1. Langsung: Ibu ketika mengajari anaknya langsung diucapkan dan ditirukan anaknya tanpa mengeja dulu.
2. Diulang-ulang: Dalam mengajar anaknya kosa katanya selalu diulang-ulang sehingga mudah dihafal.
3. Kasih sayang yang tulus: Memberikan pengajaran dengan kasih sayang yang tulus.
“Alhamdulillah senang sekali bisa menambah ilmu, dan bertemu dengan teman seperjuangan dalam dakwah Al Qur’an. Semoga bermanfaat untuk yang lain, “ ungkap Dewi salah satu peserta.(mad)