LIPUTANINSPIRASI, Sidoarjo – Dibangun diatas lahan seluas 3.956 m2 kawasan Makam Aulia Sono yang berlokasi di dalam komplek Guspujat Optronik II Puspalad di Desa Sidokerto, Kecamatan Buduran itu bakal menjadi kawasan wisata religi paling luas dan paling megah di Sidoarjo. Selain tempat parkirnya yang sengaja dibuat luas, di sebelah sisi barat makam utama dibangun pendopo megah. Pendopo tersebut nantinya difungsikan untuk para pengunjung yang datang berziarah.
Dikawasan ini, terdapat lima makam utama yang dihormati warga Sidoarjo. Kelima makam itu yakni pendiri Pondok Pesantren Sono, Buduran KH. Muhayyin, Hj. Asfiyah (Istri KH. Muhayyin), KH. Abu Mansur (putra), KH. Zarkasyi (putra), KH. Said (Cucu), KH. Maksum (cicit).
Ketokohan kelima ulama sepuh Sidoarjo membuat sejumlah ulama besar seperti KH. Hasyim Ashari Jombang Pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH. Abdul Karim Lirboyo Kediri, KH. Usman Jazuli Ploso Kediri, KH. Wachid Hasyim dan banyak ulama besar launnya yang menimba ilmu di Pondok Pesantren Sono Buduran.
Sekarang makam itu sedang dipugar dan direvitalisasi total. Atas izin dari KASAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman sejumlah rumah dinas yang berada di dekat makam dibongkar untuk akses para peziarah. Komplek makam Aulia Sono itu dibangun dua pendopo sebagai akses pintu masuk dan keluar para peziarah.
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor saat meninjau progres pembangunan makam Aulia Sono itu menyampaikan, kawasan ini nantinya menjadi kawasan wisata religi paling luas di Sidoarjo. Bus dan belasan mobil peziarah bisa masuk karena lahan parkir cukup luas. Bangunan pendopo juga tampak megah dan luas, bisa menampung ratusan peziarah.
“Makam Aulia Sono ini bakal menjadi kawasan wisata religi paling luas di Sidoarjo,” ujarnya.
Putra pengasuh Pondok Pesantren Bumi Sholawat Lebo KH. Agoes Ali Masyhuri itu mengungkapkan, sejarah dan perjuangan tokoh pendidikan pesantren sekaligus pendiri Pondok Sono KH. Muhayyin beserta para dzurriyah (keturunan) itu tidak banyak yang diketahui masyarakat. Menurut Gus Muhdlor sosok KH. Muhayyin, KH. Abu Mansur, dan KH. Zarkasyi adalah para ulama zuhud yang hidupnya dihabiskan untuk mengajar dan mendidik ilmu agama. Bahkan, pondok Salaf itu dulu pernah menjadi kiblatnya ngaji Tashsrifan.
“Di pesantren Sono inilah diajarkan ngaji Tashsrifan, dimana saat itu masih sangat jarang ada yang mengajar Tashrifan,” katanya
Gus Muhdlor berharap dengan direvitalisasinya makam Aulia Sono Buduran dan dibuka untuk umum, nantinya masyarakat, khususnya warga Sidoarjo bisa mengambil pelajaran dari sejarah hidup orang-orang mulia tersebut. Kegigihannya dalam mengajar dan menyebarkan ilmu agama serta keistiqomahannya dalam berdakwah dan berjuang membela negara bisa memompa semangat kita semua untuk mengikuti jejaknnya.
“Generasi muda harus mengetahui sejarah orang-orang besar, sejarah para tokoh, termasuk sejarah ulama besar seperti KH. Muhayyin dan dzyrriyahnya. Waliyullah Mbah Ud (KH. Ali Mas’ud) yang makamnya berada di Desa Pagerwojo juga salah satu dzurrriyah dari KH. Muhayyin,” tutur Gus Muhdlor.
Sementara itu, Kepala Bidang Perumahan dan Permukiman Dinas PU Cipta Karya Slamet Budiarto menyampaikan, progres revitalisasi makam yang ditarget selesai akhir Desember 2022 itu sudah mencapai 80 persen untuk renovasi lima makam utama.
“Progres pembangunan dua Gapura untuk akses masuk dan pintu keluar makam sudah mencapai 10 persen, kemudian untuk bangunan pendopo yang berada disisi barat makam sudah 95 persen. Sedangkan rumah dinas sebagai pengganti yang dibongkar progresnya sudah 36 persen,” pungkasnya. (Ir/Kominfo).