Oleh ESTI ARINENG TYAS
LIPUTANINSPIRASI. Anda tentu tidak asing dengan media massa. Namun, ada sebagian orang yang sudah mengetahui apa itu media massa, tetapi tidak paham apa pengertian dan maknanya, apa saja kegunaannya. Mari kita kupas secara mendalam mulai dari pengertian media massa sampai dengan konstruksi realitasnya.
Media massa atau juga dikenal dengan sebutan pers (persuratkabaran) adalah istilah yang mulai digunakan pada tahun 1920-an. Pers dilabeli untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi, karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak ke media massa, termasuk bertanya langsung kepada sumber atau ahli dibandingkan mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
Fungsi dari media massa di antaranya, memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui, menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu, pers juga harus menghormati kebinekaan, mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar, sekaligus melakukan pengawasan.
Fungsi selanjutnya, yaitu media massa atau pers adalah sebagai sarana pendidikan massa. Pers memuat tulisan-tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga masyarakat bertambah pengetahuan dan wawasannya, serta memberikan dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkan informasi tersebut.
Pers juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat dan artikel-artikel yang masuk kategori berbobot. Bentuknya bisa cerita pendek (cerpen), cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur. Ini disiapkan agar pembaca tidak mudah bosan ketika sedang membaca sebuah berita.
Selain itu, pers juga mendeskripsikan konseptualisasi sebuah peristiwa, keadaan, atau benda merupakan suatu usaha mengonstruksi realitas. Oleh karena sifat dan kenyataan bahwa pekerjaan media massa dalam hal ini surat kabar adalah menceritakan peristiwa-peristiwa, maka kesibukan utamanya adalah mengonstruksikan berbagai realitas yang akan diberitakan.
Surat kabar atau media menyusun realitas dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang bermakna. Dengan demikian, seluruh isi media merupakan realitas yang telah dikonstruksikan dalam bentuk yang bermakna.
Bahasa sebagai Unsur Utama
Bahasa merupakan unsur utama di dalam proses realitas. Hal ter sebut telah dibahas oleh Berger dan kawan-kawan. Mereka mengatakan, bahwa proses konstruksi realitas dimulai ketika seorang konstruktor melakukan objektivikasi terhadap suatu kenyataan, yakni melakukan persepsi terhadap suatu objek. Selanjutnya, hasil dari pemaknaan melalui persepsi itu diinternalisasikan ke dalam diri seorang konstruktor.
Dalam tahap itulah dilakukan konseptualisasi terhadap suatu objek yang dipersepsi. Langkah terakhir adalah melakukan eksternalisasi atas hasil dari proses perenungan secara internal tadi melalui pernyataan-pernyataan. Alat untuk membuat pernyataan tersebut tiada lain adalah kata-kata suatu konsep atau bahasa.
Sejalan dengan itu, Tuch Man mengatakan, bahasa adalah alat konseptualisasi dan alat narasi begitu pentingnya bahasa, maka tak ada berita, cerita, ataupun ilmu pengetahuan tanpa bahasa. Selanjutnya, penggunaan bahasa (simbal) tertentu menentukan format narasi (dan makna) tertentu pula.
Dalam media massa khususnya surat kabar, keberadaan bahasa tidak lagi hanya sebagai alat untuk menggambarkan sebuah realitas, tetapi dapat menentukan gambaran (makna citra) mengenai suatu realitas-realitas media yang akan muncul di benak khalayak.
Selanjutnya, dalam hal yang sama DeFleur mengatakan, media massa memiliki berbagai cara memengaruhi bahasa dan makna mengembangkan kata-kata baru beserta makna asosiatifnya, memperluas makna, dari istilah-istilah yang ada, mengganti makna lama sebuah istilah dan makna baru, memantapkan konvensi makna yang telah ada dalam suatu sistem bahasa.
Oleh karena persoalan makna tersebut, maka penggunaan bahasa berpengaruh terhadap konstruksi realitas, lebih-lebih atas hasilnya, dalam hal ini makna atau citra. Hal tersebut disebabkan bahasa mengandung makna. Penggunaan bahasa tertentu dapat berimplikasi pada bentuk konstrukal realitas dan makna yang dikandungnya.
Pilihan kata dan cara penyajian suatu realitas ikut menentukan struktur konstruksi realitas dan makna yang muncul darinya. Dari perspektif tersebut, bahkan bahasa bukan hanya mampu mencerminkan realitas, melainkan juga sekaligus dapat menciptakan realitas.
Berita sebagai salah satu wacana memiliki karakteristik tersendiri yang relatif memenuhi suatu surat kabar. Oleh sebab itu, para pakar jurnalistik relatif sukar memberikan batasan istilah ‘berita’. Namun demikian, secara singkat, Tebba menyatakan, bahwa berita adalah jalan cerita tentang suatu peristiwa.
Maka, batasan yang dikemukakan oleh Wahyudi dipandang layak dijadikan sebagai acuan. la mengatakan, berita adalah laporan mengenai fakta dan pendapat penting yang menarik bagi sebagian besar khalayak, dan harus dipublikasikan secepatnya kepada khalayak luas. Salah satu sarana untuk memublikasikan berita tersebut secara cepat kepada khalayak luas adalah surat kabar atau media massa.
Surat kabar yang dimaksud dalam konteks ini adalah alat atau media cetak yang mempunyai peranan sebagai penghubung batiniah dan santapan rohaniah sebagai bekal pengetahuan manusia, yang memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Karl Baschwitz. Persyaratan itu, yakni: (a) publisitas, (b) periodisitas, (c) universalitas, (d) aktualitas, (e) kontinuitas.
Secara singkat penjelasan Baschwittz dapat dikemukakan seperti berikut ini. Publisitas berkaitan dengan isi pesan yang harus bersifat umum. Periodisitas, harus diterbitkan secara menyeluruh atau dari semua permasalahan yang ada di muka bumi ini.
Sementara aktualitas, harus sesuatu yang masih baru/hangat. Kontinuitas, isi pesan harus berkesinambungan dan terus-menerus, selama isi pesan itu masih menjadi perhatian khalayak luas.
Berdasarkan pengertian berita dalam konteks surat kabar seperti yang telah dikemukakan tersebut, maka wacana berita surat kabar dapat dibedakan dengan produk-produk lain yang ada dalam wacana surat kabar, misalnya Tajuk Rencana, Surat Pembaca, Pojok, dan Artikel. Perbedaan tersebut dapat ditinjau dari aspek isi, struktur, dan ragam bahasanya. (*)
*) Penulis adalah mahasiswa Prodi Tadris Bahasa Indonesia, Institut Agama Islam Darussalam, Blokagung, Banyuwangi.